Apapunalasan Anda untuk mencari artikel tentang ilmu kekayaan sejati rahasia hizib al fatihah, yang pasti kunjungan Anda di situs ini tidak akan sia-sia karena di halaman yang Anda buka dan baca ini memuat konten artikel yang lengkap yang berkaitan dengan informasi tentang ilmu kekayaan sejati rahasia hizib al fatihah yang sedang Anda cari. إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ Arab-Latin Iyyāka na'budu wa iyyāka nasta'īnArtinya Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Al-Fatihah 4 ✵ Al-Fatihah 6 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangHikmah Mendalam Terkait Dengan Surat Al-Fatihah Ayat 5 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Fatihah Ayat 5 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beragam hikmah mendalam dari ayat ini. Terdokumentasikan beragam penjelasan dari beragam ahli tafsir terkait makna surat Al-Fatihah ayat 5, antara lain seperti tercantum📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaKami mengkhususkan Engkau dengan ibadah, dankami hanya memohon pertolongan kepada Engkau saja dalam semua urusan kami Sebab semua urusan berada di tangan-Mu, tidak ada seorang pun selain mu yang memiliki sebesar biji sawi sekalipun darinya. Dan dalam ayat ini terkandung petunjuk bahwa seorang hamba tidak boleh melakukan sesuatu pun dari jenis-jenis ibadah seperti berdoa, Istighosah, menyembelih dan thowaf kecuali untuk Allah Semata, dan di dalamnya juga terkandung obat hati dari penyakit berupa bergantung kepada selain Allah, dan dari penyakit Ria, ujub dan sombong.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram5. Kami mempersembahkan segala jenis peribadatan dan ketaatan hanya kepada-Mu, dan kami tidak menyekutukan-Mu dengan siapapun. Hanya dari-Mu saja lah kami meminta pertolongan dalam semua urusan kami, karena di tangan-Mu lah segala macam kebaikan. Dan tidak ada penolong lain selain Engkau.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah5. Kesempurnaan dalam perhitungan, keagungan dalam mengatur, dan keindahan dalam membalas dan memuliakan kekasih-kekasih-Nya membuat Allah berhak diesakan dalam setiap ibadah. Oleh sebab itu, hanya kepada-Nyalah kita memohon pertolongan dan bersandar; sebab Dialah yang mengatur segala urusan makhluk-Nya. Dan termasuk dari pengaturan dan pemuliaan-Nya adalah Dia mengajarkan kepada kita bagaimana cara untuk mengesakannya dalam beribadah, sehingga kita dapat mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, serta meminta pertolongan-Nya. Dia juga mengajarkan bagaimana mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya إياك نعبد وإياك نستعينMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinahإِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ Yakni, kami mengkhususkan ibadah hanya untuk-Mu dan kami mengkhususkan pertolongan hanya kepada-Mu, kami tidak menyembah selain-Mu dan kami tidak meminta pertolongan selain-Mu. Dan makna secara bahasa dari ibadah adalah batas terjauh dari tunduk dan taat; sedangkan makna secara syar’i adalah sesuatu yang terkumpul didalamnya kesempurnaan cinta, tunduk, dan takut. Penggunaan kata ganti “kami” dalam ayat ini dari sisi kebahasaan bahasa Arab sebagai ungkapan dari orang yang berdo’a dan orang lain, dan bukan dimaksudkan sebagai penghormatan diri. Sedangkan kata ibadah didahulukan dari kata permintaan pertolongan karena ibadah merupakan wasilah/jalan untuk meminta pertolongan. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas terntang tafsir dari ayat ini إياك نعبد yakni Wahai Rabb kami hanya kepada-Mu kami mengesakan dan takut, tak ada selain-Mu. وإياك نستعين dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan dalam menjalankan ketaatan-Mu dan dalam segala urusan kami, tak ada selain-Mu. Dan diriwayatkan dari Qatadah bahwa ia berkata Allah Ta’ala telah memerintahkan kalian agar ikhlas dalam beribadah kepada-Nya dan agar senantiasa memohon pertolongan dalam segala urusan kalian.📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia1 . Muhammad bin 'Auf al-Hamshy berkata "suatu ketika aku melihat Ahmad bin al-Hawari melaksanakan shalat Isya', dia mengawali shalatnya dengan { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } sampai ketika ia membaca { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } , aku kemudian keluar menglilingi pembatas, kemudian aku kembali dan ternyata ia masih membaca ayat ini sampai aku tertidur, malam pun lewat sampai aku terbangun, dan ia masih membaca { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } sampai waktu subuh tiba". 2 . Ibnu mengatakan "Aku mengamati bahwa doa yang paling bermanfaat bagi seorang hamba adalah ketika ia memohon bantuan atas keridhoan Allah ta'ala, kemudian aku melihatnya ada pada surah al-Fatihah { إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ }. 3 . Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat untuk hati seorang hamba daripada tahuid dan ikhlas dalam beragama untuk Allah, dan tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya baginya daripada kesyirikan, maka ketika seorang hamba menemukan hakikat keikhlasan yang itu adalah hakikat daripada { إيَّاكَ نَعْبُدُ } bersama dengannya hakikat tawakkal yang merupakan hakikat dari { وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } sesungguhnya ia telah menemukan sesuatu yang derajatnya lebih tinggi diatas apapun yang belum ditemukan oleh orang selainnya. 4 . Diantara manusia banyak yang menyandingkan dua sifat buruk ini dalam diri mereka yakni riya' dan 'ujub; ketika ia berbuat riya' maka ia telah mensekutukan atau menyandingkan sang pencipta dengan selainnya, dan ketika ia berbuat 'ujub maka ia telah menyandingkan sang pencipta dengan dirinya yang lemah, dan keduanya adalah sifat atau keadaan orang-orang yang menyombongkan diri, karena orang yang berbuat riya' tidak mngamalkan firman Allah { إيَّاكَ نَعْبُدُ } sedangkan orang yang berbuat 'ujub tidak merealisasikan firman Allah { وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ }. 5 . Dalam ayat kata ibadah didahulukan sebelum isiti'anah, hal itu dikarenakan ibadah adalah hak Allah atas hamba-Nya, adapun isti'anah adalah keinginan setiap hamba, dan tabi'at kehidupan adalah seorang hamba mengutamakan apa yang menjadi penyebab diperolehnya ridho tuhannya sebelum memohon kepada-Nya sesuatu, dan itu merupakan sikap rendah diri dihadapan Allah, karena ibadah adalah sebab terkabulnya permintaan seorang hamba. 6 . Hati manusia dihadapkan dengan dua jenis penyakit yang berbahaya, jika ia tidak mampu mencegah keduanya maka penyakit itu akan menghantarkannya kepada kebinasaan yang pasti, yaitu riya' dan sombong, dan penawar yang terbaik untuk riya' adalah dengan { إيَّاكَ نَعْبُدُ }, sedangkan penawar untuk kesombongan adalah dengan { وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ }. Sebagaimana yang juga disebutkan oleh Ibnu al-Qoyyim yang diriwayatkan dari gurunya Ibnu Taimiyyah rahimahullah, bahwasanya { إيَّاكَ نَعْبُدُ } menolak sifat riya', dan { وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } menolak kesombongan dari hati manusia. 7 . Seorang hamba butuh memohon pertolongan kepada Allah dalam mengerjakan perintah dan menghindari segala larangan dan sabar atas taqdir yang ditetapkan atasnya, baik ketika ia didunia dan ketika kematian menghampirinya serta apa yang akan terjadi padanya di alam barzakh dan ketika kiamat itu terjadi, dan tidak siapapun yang mampu memberinya pertolongan atas itu semua kecuali Allah, maka barang siapa yang dapat merealisasikan perkara isti'anah ini hanya kepada-Nya, niscaya Allah akan menolongnya. 8 . Segala upaya yang membatalkan jernihnya keikhlasan seseorang; tidak lain adalah upaya yang membatalkan perjanjian antara hamba dengan Allah, dan merupakan pengkhianatan terhadap-Nya, bagaimana tidak ? ketika kamu memutuskan kesaksian atas dirimu di pagi dan sore hari dengan { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } kemudian kamu berpaling dibelakangan-Nya kepada selain-Nya ! maka siapakah yang dapat melindungimu setelah itu dari azab Allah ? 9 . Seorang pentadabbur berkata "begitu banyak aku shalat dibelakang syaikh Abdurrahman ad-Dausary, dan aku tidak mengetahui berapa kali dia membaca surah al-Fatihah tanpa menangis, khususunya ketika ia membaca { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } . 10 . Seorang hamba tidak akan mampu mencapai kedudukan taufiq dan kebajikan hanya dengan hasrat, tetapi harus dengan meminta kepada siapa yang mampu mengahantarkannya kepada kedudukan itu, dan selalu merasa bahwa dia perlu dengan pertolongan itu, tetapi permohonann itu harus dengan hati dan lisan yang senantiasa didukung oleh segala warna ubudiyah qolbiyah dan badaniyah { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ }.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri SuriahKami khususkan kepadaMu, Ya Allah, ibadah dan permohonan pertolongan kami. Kami tidak akan menyembah dan meminta pertolongan kepada selain EngkauMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah{Hanya kepada Engkaulah kami menyembah} Hanya kepada Engkaulah kami mengkhususkan segala bentuk peribadatan {dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan} dan Hanya kepada Engkaulah kami mencari pertolongan dalam segala hal📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 HLafaz iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in Hanya kepada engkau kami menyembah dan hanya Kami memohon pertolongan Maksudnya kami menghususkan ibadah dan memohon pertolongan hanya kepada Engkau. dimaknai demikian mendahulukan suatu kata yang menjadi objek menunjukkan suatu pembatasan, yaitu menetapkan hal tersebut bagi yang disebutkan dan meniadakannya dari selainnya. maka seolah-olah berkata, “kami menyembahmu dan tidak menyembah selain dirimu, kami meminta pertolongan kepadamu tidak meminta pertolongan kepada selain diri-Mu”. Dan didahulukannya penyebutan ibadah daripada permintaan akan pertolongan adalah di antara bentuk mendahulukan penyebutan hal yang umum dari hal yang khusus. Serta perhatian dalam mendahulukan hak-hak Allah daripada hak hamba-nya. Ibadah adalah sebuah kata yang mencakup apa saja yang dicintai oleh Allah dan diridhoi-nya berupa perbuatan maupun perkataan baik yang nampak atau yang tersembunyi. dan memohon pertolongan adalah Bersandar kepada Allah dalam mendapatkan kemaslahatan dan menolak kemadorotan diiringi dengan keyakinan yang kuat kepadanya dalam mewujudkan semua itu. Melaksanakan ibadah kepada Allah dan memohon pertolongan kepadanya merupakan jalan bagi sebuah kebahagiaan yang abadi keselamatan dari segala kejahatan. maka tidak ada cara dalam mendapatkan keselamatan kecuali dengan melaksanakan kedua hal tersebut. Sesungguhnya sebuah ibadah itu dianggap sebagai ibadah apabila ibadah tersebut diambil dari contoh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang dilaksanakan dengan tujuan mencari wajah Allah Semata. Dengan kedua faktor ini jadilah perbuatan tersebut menjadi sebuah ibadah. Disebutkannya “permohonan pertolongan” setelah “ibadah”, padahal sebenarnya memohon pertolongan itu adalah bagian dari ibadah tersebut hal ini karena kebutuhan hamba dalam seluruh ibadah-ibadah mereka kepada meminta pertolongan kepada Allah, sebab bila Allah tidak menolongnya maka tidak akan terwujud untuknya sesuatu yang dikehendakinya dari pelaksanaan perintah maupun menghindari larangan.📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid NabawiMakna kata Iyyaaka adalah dhomir kata ganti dalam posisi nashab, ditujukan untuk mengajak bicara satu orang. Na’budu artinya Kami ta’at kepada Mu dengan seluruh ketundukan, cinta, dan pengagungan. Nasta’iin artinya Kami memohon pertolongan-Mu untuk kami agar dapat menta’atiMu. Makna ayat Allah Ta’ala mengajari hamba-hambaNya tata cara bertawassul kepada-Nya agar Dia mengabulkan doa hamba-Nya. Yaitu dengan ucapanNya Pujilah Allah Ta’ala dan sanjunglah serta agungkanlah Dia. Berlakulah konsisten dengan hanya beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya. Mintalah pertolongan kepadaNya dan jangan meminta pertolongan kepada selainNya. Pelajaran dari Ayat 1. Adab dalam berdoa, ketika seseorang akan berdoa hendaklah memulai dengan memuji Allah, menyanjungNya, dan mengagungkanNya. Kemudian ditambah dengan mengucap shalawat atas Nabi shallallahu alaihi wasallam, setelah itu baru meminta apa yang dibutuhkan. Hal itu lebih dekat untuk terkabulnya doa. 2. Jangan menyembah selain Allah Ta’ala dan jangan meminta pertolongan dalam hal yang hanya mampu dilakukan oleh Allah, pent kepada dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Al-Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibnu Katsir / Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri et. IBADAH MENURUT BAHASA DAN ISTILAH SYARA’AT Menurut bahasa ibadah bermakna kehinaan. Dikatakan “Thariqun mu’abbad wa ba’iirun mu’abbad jalan yang diratakan dan unta yang dijinakkan, maksudnya ditundukkan. Adapun menurut istilah syar’i, ibadah adalah sebuah ibarat bagi terkumpulnya cinta, ketundukan dan rasa takut yang sempurna. FAEDAH DIHAHULUKAN DAN DIULANGI OBJEK SERTA FAEDAH ILTIFAAT PERPINDAHAN DARI KATA GANTI KE-3 MENJADI KE-2 Didahulukannya objek yaitu kalimat إِيَّاكَ dan setelah itu diulangi lagi, bertujuan untuk memberi perhatian dan pembatasan. Maksudnya “Kami tidak beribadah kecuali hanya kepada-Mu, dan kami tidak bertawakkal kecuali hanya kepada-Mu.” Inilah puncak kesempurnaan dalam taat. Agama ini secara keseluruhan kembali kepada dua makna di atas. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian Salaf, bahwa surat al-Fatihah adalah rahasia al-Qur’an dan rahasia al-Fatihah terletak pada [إياك نعبد وإياك نستعين] “Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” Penggalan pertama merupakan pernyataan berlepas diri dari kesyirikan. Sedangkan penggalan kedua merupakan sikap berlepas diri dari upaya dan kekuatan serta berserah diri kepada Allah . Makna seperti ini tidak hanya terdapat dalam satu ayat al-Qur’an saja, dalam ayat lain Allah berfirman وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” 123. قُلْ هُوَ الرَّحْمَٰنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا ۖ فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ “Katakanlah "Dia-lah Allah yang Maha Penyayang Kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah Kami bertawakkal. kelak kamu akan mengetahui siapakah yang berada dalam kesesatan yang nyata". Al-Mulk29 Juga firman-Nya dalam ayat yang mulia ini, إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ “Hanya Engkaulah yang Kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.” Adanya perubahan bentuk gari orang ketiga kepada lawan bicara huruf kaf, karena ketika seseorang memuji Allah maka seolah-olah dia dekat dan hadir di hadapan Allah Ta’ala. Karena itu Allah berfirman إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ “Hanya Engkaulah yang Kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.” AL-FATIHAH ADALAH PETUNJUK AGAR KITA MEMUJI ALLAH, MAKA KITA WAJIB MEMBACANYA KETIKA SHALAT Ini merupakan dalil bahwasanya awal-awal surat al-Fatihah merupakan pemberitahuan dari Allah  yang memberikan pujian kepada diri-Nya sendiri dengan berbagai sifat-Nya agar memuji-Nya dengan pujian tersebut. Oleh karena itu tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca al-Fatihah di dalamnya, sedangkan ia mampu melakukannya, sebagaimana hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Ubaidah bin as-Shamit , beliau berkata “Rasulullah  bersabda لَا صَلاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الكِتَابِ “Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca al-Fatihah.” Dalam Shahih Muslim diriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah , dari Rasulullah , baginda bersabda قَالَ اللهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}، قَالَ اللهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}، قَالَ اللهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ مَجَّدَنِي عَبْدِي - وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي - فَإِذَا قَالَ {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}قَالَ هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ}قَالَ هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ. “Allah berfirman 'Aku membagi shalat antara Aku dengan hambaKu setengah-setengah, dan hambaku mendapatkan apa yang dia minta. Apabila seorang hamba membaca; 'Alhamdulillahi rabbil 'alamin.’ Allah menjawab; Hamba-Ku telah memuji-Ku.’ ketika seorang hamba membaca; Arrahmaanir rahiim.’ Allah berfirman; Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.’ ketika seorang hamba membaca; Maaliki yaumid diin.’ Allah berfirman; Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku.’ ketika seorang hamba membaca; Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin.’ Allah berfirman; Inilah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, sedangkan bagi hamba-Ku apa yang di mintanya.’ ketika seorang hamba membaca; Ihdinash shiraathal mustaqiim, shiraathal ladziina an'amta 'alaihim ghairil maghdluubi 'alaihim waladl dllaallliin.’ Allah berfirman; Inilah bagian dari hamba-Ku, dan baginya apa yang di minta.’" TAUHID ULUHIYAH Imam ad-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas , beliau berkata [إِيَّاكَ نَعْبُدُ] “Hanya kepada-Mu kami beribadah,” maksudnya hanya Engkau semata yang kami esakan, kami takuti dan kami harapkan wahi Rabb kami, bukan selain-Mu.” [وَإيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ] Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan,” karena ibadah kepada-Nya merupakan tujuan. Meminta pertolongan merupakan sarana untuk mendapatkannya, dan perkara yang didahulukan adalah perkara yang lebih penting dan seterusnya. Wallahu a’alam. PENYEBUTAN NABI SEBAGAI HAMBA YANG MERUPAKAN KEDUDUKAN TERTINGGI Allah telah menyebut Nabi sebagai hamba-Nya yang merupakan bukti baginda memiliki kedudukan mulia. Allah berfirman الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُ عِوَجًا ۜ “segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al kitab Al-Quran dan Dia tidak Mengadakan kebengkokan di dalamnya.” Al-Kahf1 Firman-Nya وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ “Dan bahwasanya tatkala hamba Allah Muhammad berdiri menyembah-Nya mengerjakan ibadat.” Al-Jinn19 سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam.” Al-Israa1 Allah menyebut nabi-Nya dengan sebutan hamba ketika menurunkan kepadanya al-Qur’an, ketika baginda berdakwah dan ketika diperjalankan pada malam Isra’. BIMBINGAN AGAR BERIBADAH KETIKA DADA TERASA SEMPIT Allah membimbing Rasulullah  untuk senantiasa menjalankan ibadah ketika hati merasa sesat akibat pendustaan orang-orang yang menentangnya. Allah  berfirman وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ السَّاجِدِينَ وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ “Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud shalat. Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini ajal.” Al-Hijr97-99📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 HFirman Allah Ta’ala } إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ{ “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan” QS. Al-Fatihah4 إِيَّاكَ [Iyaaka] “Hanya kepada Engkau” Kedudukannya dalam ilmu nahwu sebagai maf’ul bih yang dimajukan, Amilnya adalah نَعْبُدُ na’budu”Kami menyembah”. Tujuan dikedepankan dari amilnya untuk menghasilkan pembatasan makna, maka dari itu maknanya adalah Kami tidak menyembah kecuali hanya kepada Engkau. Maf’ul bih di sini dalam bentuk terpisah dengan amilnya karena tidak memungkinkan untuk disambung dengannya. نَعْبُدُ [Na’budu]“Kami menyembah” Maknanya adalah kami tunduk kepada-Mu dengan ketundukan yang sempurna. Oleh karena itu, anda akan mendapati orang-orang yang beriman meletakkan anggota badan yang paling mulia yakni kepala di tempat yang setara dengan kaki sebagai bentuk ketundukan kepada Allah Azza Wa Jalla, sujud di atas tanah, bahkan jidat pun menyapu debu, semua itu dilakukan atas dasar ketundukan kepada Allah Azza wa Jalla. Andai ada seseorang yang berkata Saya akan memberikanmu dunia seluruhnya tapi bersujudlah kepadaku” seorang mukmin tidak akan menurutinya selamanya, karena ketundukan hanyalah ditujukan kepada Allah Azza Wa Jalla saja. Ibadah juga mencakup segala perbuatan yang diperintah oleh Allah, dan meninggalkan segala larangan-Nya karena orang yang belum melaksanakan itu semua maka ia tidak disebut orang yang menyembah, jika ia tidak melakukan perkara yang diperintahkan maka ia belum dikatakan hamba sejati dan jika belum meninggalkan segala larangan ia juga belum dikatakan hamba sejati, Hamba yang sejati adalah yang sesuai dengan keinginan syar’i yang ditentukan oleh Allah yang ia sembah. Karena ibadah mengharuskan seorang insan menegakkan setiap yang diperintahkan kepadanya dan meninggalkan semua yang dilarang kepadanya, dan semua itu tidak mungkin dapat terlaksana kecuali tanpa bantuan dari Allah, oleh karenanya, Allah Ta’ala berfirman } وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ{ “Dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan” QS. Al-Fatihah4 Maknanya adalah kami tidak akan memohon pertolongan kecuali hanya kepada Engkau dalam melaksanakan ibadah dan kegiatan lainnya. Sedangkan al-Isti’anah artinya adalah meminta pertolongan, dan Allah Azza Wa Jalla mengumpulkan antara ibadah dan isti’anah atau dengan tawakkal pada beberapa ayat dalam al-Qur’an, karena ibadah yang sempurna tidak akan terlaksana kecuali dengan pertolongan Allah, bersandar, dan bertawakkal kepada-Nya. Faedah Di antara faedah ayat ini 1. Pemurnian ibadah hanya kepada Allah, ini sesuai firman-Nya } إِيَّاكَ نَعْبُدُ{ “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah” QS. Al-Fatihah4 Ditunjukkan dengan didahulukannya ma’mul dari Amilnya didahulukannya Iyaka dari na’abudu. 2. Pemurnian isti’anah permintaan pertolongan hanya kepada Allah Azza Wa Jalla, ini berdasarkan firman-Nya } وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ{ “Dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan” QS. Al-Fatihah4 Ditunjukkan dengan didahulukannya ma’mul. Jika ada yang bertanya Bagaimana bisa dikatakan harus memurnikan isti’anah hanya kepada Allah padahal dalam ayat lainnya Allah Ta’ala berfirman }وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى{ “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa” QS. Al-Maaidah2 di dalamnya ada penetapan pertolongan selain dari Allah. Nabi shallallaahu alaihi wa sallam juga bersabda وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهِ أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهِ مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ “ Engkau membantu seseorang saat menaiki tunggangannya, engkau mengambilkan dan mengangkat perbekalannya untuknya adalah sedekah ” 1 Jawabannya Meminta bantuan ada dua macam Pertama Meminta bantuan dengan bersandar sepenuhnya, maksudnya adalah anda tergantung pada Allah Azza Wa Jalla dan berlepas dari daya dan kekuatan anda. Yang seperti ini khusus untuk Allah Azza Wa Jalla. Kedua Meminta bantuan yang bermakna ikut serta dalam pekerjaan yang hendak engkau kerjakan, yang seperti ini dibolehkan selama orang yang dimintai bantuan masih hidup dan mampu membantu, karena ini bukanlah ibadah. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman { وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى } “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa” QS. Al-Maaidah2 Jika ada yang bertanya Apakah meminta bantuan kepada makhluk dibolehkan dalam kondisi apapun? Jawabannya Tidak, Meminta bantuan kepada makhluk hanya dibolehkan saat orang yang dibantu mampu membantu. Namun jika ia tidak mampu membantumu, maka anda tidak diperbolehkan meminta bantuan kepadanya, seperti meminta bantuan kepada penghuni kubur, hal ini haram dilakukan, bahkan termasuk syirik akbar. Karena penghuni kubur tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sedikit pun. Bagaimana mungkin bisa menolongnya?! Seperti meminta bantuan kepada yang ghaib tidak hadir pada perkara yang tidak mampu dilakukan. Misalnya meyakini bahwa ada wali di bagian timur dunia sana mampu membantunya dalam menyelesaikan perkara penting di negeri tempat tinggalnya. Ini juga adalah syirik akbar. Karena yang dimintai bantuan tidak akan mampu membantunya sedangkan ia berada ditempat yang sangat jauh di sana. Jika ada yang bertanya Bolehkan meminta bantuan sepada manusia pada hal yang diperbolehkan? Jawabannya Sebaiknya tidak meminta bantuan kecuali jika memang dibutuhkan atau jika ia tahu bahwa yang dimintai bantuan dimudahkan untuk memenuhinya lalu meminta bantuan agar mengantarkan rasa senang kepadanya. Dan hendaknya yang dimintai bantuan bukan dalam perkara dosa dan melampaui batas untuk tidak menerima permintaan itu.📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Al-Fatihah ayat 5 Ketika dengan keagungan ini, sebagai raja dan memiliki kasih sayang, maka Allah berhak untuk di ibadahi, yaitu mengkhususkan ibadah untuk-Nya dan permohonan dalam setiap urusan mereka makhluk dalam urusan keduniaan dan akhirat, dan oleh karena itu tidak diperkenankan untuk beribadah berpaling dari segala macam bentuk ibadah seperti doa, istighatsah kepada siapapun selain kepada Allah saja. Begitu juga tidak diperkenankan meminta pertolongan kepada selain Allah dari urusan yang tidak mampu dari selain Allah, begitu juga tidak diperkenankan bersandarnya hati dengan siapapun selain Allah, dan ini semua tidaklah menafikan sebuah sebab yang harus ditempuh. Telah lalu bahwasanya Allah memerintahk untuk beribadah dengan cara meminta kepada-Nya karena pentingnya hal tersebut, dan karena tujuan diciptakannya jin dan manusia adalah karena sebab ibadah, Allah berfirman Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku Adz Dzariyat 56, berkata Ibnu Taimiyyah Ibadah adalah sebuah nama bagi seluruh apa yang Allah cintai dan ridhai dari ucapan dan amalan batin mapun yang dzahir. Dan Allah mengulangi kata iyyaka sebagai pengkhususan ibadah dan meminta pertolongan hanya kepada-Nya dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, diambil dari kata 'ibaadah yang artinya kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena keyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya disertai rasa cinta dan berharap kepada-Nya. Ditambahkan rasa cinta, karena landasan yang harus ada pada seseorang ketika beribadah itu ada tiga rasa cinta kepada Allah Ta’ala, rasa takut dan tunduk kepada Allah Ta’ala dan rasa berharap. Oleh karena itu, kecintaan saja yang tidak disertai dengan rasa takut dan kepatuhan, seperti cinta terhadap makanan dan harta, tidaklah termasuk ibadah. Demikian pula rasa takut saja tanpa disertai dengan cinta, seperti takut kepada binatang buas, maka itu tidak termasuk ibadah. Tetapi jika suatu perbuatan di dalamnya menyatu rasa takut dan cinta maka itulah ibadah. Dan tidaklah ibadah itu ditujukan kecuali kepada Allah Ta'ala semata. Dalam ayat ini terdapat dalil tidak bolehnya mengarahkan satu pun ibadah seperti berdo'a, ruku', sujud, thawaf, istighatsah/meminta pertolongan, berkurban dan bertawakkal kepada selain Allah Ta'ala. Nasta'iin minta pertolongan, terambil dari kata isti'aanah mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. Dalam ayat ini terdapat obat terhadap penyakit ketergantungan kepada selain Allah Ta'ala, demikian juga obat terhadap penyakit riya', 'ujub bangga diri dan sombong. Disebutkannya isti'anah kepada Allah Ta'ala setelah ibadah memberikan pengertian bahwa seseorang tidak dapat menjalankan ibadah secara sempurna kecuali dengan pertolongan Allah Ta'ala dan menyerahkan diri kepada-Nya. Ayat ini menunjukkan lemahnya manusia mengurus dirinya sendiri sehingga diperintahkannya untuk meminta pertolongan kepada-Nya Berdasarkan ayat ini juga bahwa beribadah dan meminta pertolongan kepada-Nya merupakan sarana memperoleh kebahagiaan yang kekal dan terhindar dari keburukan. Perbuatan dikatakan ibadah jika diambil dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan diniatkan ikhlas karena Allah Ta'ala. Perlu diketahui bahwa isti'anah meminta pertolongan terbagi dua - Isti’anah tafwidh, meminta pertolongan dengan menampakkan kehinaan, pasrah dan sikap harap, ini hanya boleh kepada Allah saja, syirk hukumnya bila mengarahkan kepada selain Allah. - Isti’anah musyarakah, meminta pertolongan dalam arti meminta keikut-sertaan orang lain untuk turut membantu, maka tidak mengapa kepada makhluk, namun dengan syarat dalam hal yang mereka mampu membantunya.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Fatihah Ayat 5Atas dasar itu semua, hanya kepada engkaulah kami menyembah dan beribadah dengan penuh ketulusan, kekhusyukan, dan tawakal, dan hanya kepada engkaulah kami memohon pertolongan dalam segala urusan dan keadaan kami, sambil kami berusaha keras. Kami memohon, tunjukilah kami jalan yang lurus, dan teguhkanlah kami di jalan itu, yaitu jalan hidup yang benar, yang dapat membuat kami bahagia di dunia dan di akhirat, serta dapat mengantarkan kami menuju dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikianlah kumpulan penjabaran dari beragam ahli tafsir terhadap isi dan arti surat Al-Fatihah ayat 5 arab-latin dan artinya, semoga bermanfaat untuk kita. Support syi'ar kami dengan memberi hyperlink ke halaman ini atau ke halaman depan Artikel Paling Banyak Dilihat Nikmati banyak materi yang paling banyak dilihat, seperti surat/ayat Ar-Rahman, Shad 54, Al-Ikhlas, Al-Kahfi, Al-Kautsar, Do’a Sholat Dhuha. Serta Al-Mulk, Asmaul Husna, Al-Waqi’ah, Al-Baqarah, Ayat Kursi, Yasin. Ar-RahmanShad 54Al-IkhlasAl-KahfiAl-KautsarDo’a Sholat DhuhaAl-MulkAsmaul HusnaAl-Waqi’ahAl-BaqarahAyat KursiYasin Pencarian an nur ayat 2 latin, surat almulk, al zalzalah latin, surat al fil dan artinya, surat al kahfi lengkap Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
RASASEJATI. Kajian Mitologi Supranatural . A. PROFIL; AMALAN DOA dan WIRID; Konsultasi; ILMU TERAPI FATIHAH » IJAZAH ILMU WIRID - TERAPY AL FATIHAH. Silahkan Bertanya & Berdiskusi dengan Sopan : Batalkan balasan. Ketikkan komentar di sini Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in: Email (wajib) (Alamat takkan pernah
Jakarta Surah Al Fatihah punya banyak keistimewaan. Surah pertama dalam Al Quran ini disebut sebagai inti dari keseluruhan isi kitab suci umat Islam tersebut. Surah Al Fatihah punya banyak kandungan ilmu di dalamnya. Imam Nawawi Al Bantani dalam kitabnya berjudul Marah Labid li Kasyfi Ma’na Qur’anin Majid menyebut setidaknya ada empat kandungan pokok ilmu dalam surah ini. وهي مشتملة على أربعة أنواع من العلوم “Ia mencakup empat jenis ilmu,” tulis Imam Nawawi Al Bantani dalam kitabnya. Empat jenis ilmu yang terkandung dalam Al Fatihah itu adalah ilmu ushul atau ilmu prinsip agama, ilmu furu’ atau ilmu cabang agama, ilmu tahshilil kamalat atau ilmu akhlak dan ilmu sejarah. Surah Al Fatihah terdiri dari tujuh ayat. Surah yang wajib dibaca saat salat ini turun di Kota Madinah. Sebagian ulama tafsir menilai bacaan basmalah termasuk ayat dalam Al Fatihah. Berikut penjelasan empat ilmu yang terkadung dalam surah Al Fatihah. 180 Nama Bayi Perempuan Islam dalam Al-Quran Beserta Artinya Live Streaming Indosiar FTV Pintu Berkah Cita-Cita Anak Pemulung yang Ingin Menjadi Penghapal Al-quran, Kamis 21 Januari 2021 Pemkot Kediri Bagi-Bagi Al-Quran Braile untuk Penyandang Tunanetra 1. Prinsip Agama Prinsip agama yang terkandung dalam Al Fatihah ini mencakup mencakup masalah ketuhanan, kenabian, dan kebangkitan hari kiamat. Secara umum ilmu ushul berkaitan dengan keyakinan atau keimanan. Materi ketuhanan terdapat dalam kalimat “Alhamdulillāhi rabbil alamin. Arrahmanir rahim” atau “segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam. Yang maha pengasih, lagi maha penyayang.” Materi kenabian termaktub dalam kalimat “alladzina anamta alaihim” atau “mereka yang Kauberi anugerah” Materi kebangkitan hari kiamat terdapat dalam kalimat “māliki yaumid dīn” atau “penguasa hari agama atau kebangkitan” 2. Cabang Agama Ilmul furu’ merupakan ilmu cabang yang menjadi turunan dari ilmu ushul itu sendiri, ia juga sering disebut ilmu syariat. Ini mencakup ibadah, baik ibadah sosial melalui harta yang kita punya maupun ibadah individual. Kandungan ilmul furu’ tertuang dalam kalimat “iyyaka nabudu” atau “hanya kepada-Mu kami menyembah.” Saksikan Video Pilihan Berikut IniBacaan Al-Qur'an Merdu Menenangkan Hati Surat Yasiin 36.
Ilmupelet al fatihah paling ampuh doa pemikat wanita jarak jauh tanpa puasa pelet lewat nama. Dan mereka semua mendapatkan manfaat atau hikmah yang berbeda beda namun benar benar mampu membantu diri sendiri dan orang lain. Moh syarifin juli 5 2018 at 12 19 am. Ilmu pelet khusus bereaksi menyusup ke dalam hati jantung dan pikiran.
ArticlePDF Available AbstractThe origin of man is monotheism; acknowledging the oneness of God and serving Him. However, in its journey, was most of man forgot his monotheism and disobeyed to serve Him anymore, as a result of their misguidance and destruction. This text intended to know the concept of monotheism in al-Fatihah latter. Through the analytic pattern description, the study found several important points. First, monotheism in al-Fatihah latter was very comprehensive, because it includes monotheism of rububiyah, ulluhiyah and al-asma ’wa al-sifat. Even al-Fatihah latter does not only contain monotheism, but contained the meaning of the entire contents of the Qur'an. Second, any work that started without bismillah will be cut off and has no blessing value. Third, so that one's activities in accordance with his beliefs, a strong will is needed to make monotheism a view of his life. Worldview or one's natural views we are the principle for every human action, including scientific and technological actions. If the concept of monotheism in al-Fatihah letter with all the network of concepts contained in the Qur'an has become a view of life and underlies every activity, monotheism will guide human beings to gain salvation and happiness. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. IS SN 252 7-7 251e-I SSN 254 9-92 62DOI dalam Surat Al-FatihahStudi Analisis Konsep Worldvew IslamJarman Arroisi1Universitas Darussalam GontorEmail Jarman origin of man is monotheism; acknowledging the oneness of God and serving Him. However, in its journey, was most of man forgot his monotheism and disobeyed to serve Him anymore, as a result of their misguidance and destruction. This text intended to know the concept of monotheism in al-Fatihah la!er. Through the analytic pa!ern description, the study found several important points. First, monotheism in al-Fatihah la!er was very comprehensive, because it includes monotheism of rububiyah, ulluhiyah and al-asma ’wa al-sifat. Even al-Fatihah la!er does not only contain monotheism, but contained the meaning of the entire contents of the Qur’an. Second, any work that started without bismillah will be cut off and has no blessing value. Third, so that one’s activities in accordance with his beliefs, a strong will is needed to make monotheism a view of his life. Worldview or one’s natural views we are the principle for every human action, including scientific and technological actions. If the concept of monotheism in al-Fatihah le!er with all the network of concepts contained in the Qur’an has become a view of life and underlies every activity, monotheism will guide human beings to gain salvation and monotheism, rububiyah, uluhiyah, asthma and sifat, worldview, mula manusia adalah makhluq bertauhid; mengakui keesaan Tuhan dan mengabdi kepada-Nya. Namun dalam perjalanannya manusia melupakan tauhid bahkan tidak lagi mengabdi mengabdi kepada-Nya, akibatnya kesesatan dan kehancuran yang didapat. Naskah ini bermaksud mengukap konsep tauhid dalam surat al-Fatihah. Melalui pola deskriptip analitik kajian menemukan 1 Lecture Senior of Undegraduate and Post Graduate Departement of Aqiedah and Islmic Philosophy University of Darussalam Gontor, Email Jarman HP 081 335 786 948 2 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA beberapa poin penting. Pertama, tauhid yang terdapat dalam surat al-Fatihah sangat komprehensif, karena mencakup tauhid rububiyah, ulluhiyah dan al-asma’ wa al-sifat. Bahkah al-Fatihah tidak saja mengandung tauhid, tetapi mengandung makna seluruh isi al-Qur’an. Kedua, pekerjaan apapun jika tidak dimulai dengan bismillah maka akan terputus dan tidak memiliki nilai berkah. Ketiga, agar aktifitas seseorang sesuai dengan kepercayaan seseorang diperlukan kemauan kuat menjadikan tauhid sebagai pandangan hidupnya. Worldview atau pandangan alam seseorang adalah asas bagi setiap tindakan manusia, termasuk tindakan ilmiyah dan teknologi. Jika konsep tauhid yang ada pada surat al-Fatihah dengan segala jaringan konsep yang ada dalam al-Qur’an telah menjadi pandangan hidup dan melandasi setiap aktifitas, maka tauhid tersebut akan membimbing manusia memperoleh keselamatan dan kebahagiaan. Kata Kunci tauhid, rubûbiyah, ulûhiyah, asmâ’ dan sifat, worldview, manusia adalah makhluq bertauhid,2 yakni mempercayai Allah SWT itu Satu, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam Ulûhiyah, Rubûbiyah dan segala Asmâ’ serta Shifât-Nya. Tauhid dalam diri manusia itu ada sejak ia masih dalam alam arwah. Ketika itu menusia telah mengadakan perjanjian dengan Tuhannya yang diakuinya sebagai Pencipta yang membinanya. Perjanjian tersebut juga yang merupakan pengakuan penerimaan tugas serta tanggungjawab kepada Dalam perjanjian itu, terjadi dialog antara Khaliq dengan makhluq dengan kesepakatan sebagaimana dalam Al-A’raf172 Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari shulbi mereka dan mengambil kesaksian 2 Anak cucu Adam ketika dikeluarkan dari shulbinya, mereka dilengkapi dengan akal untuk beriman dan dilarang mengingkari ketuhanan-Nya. Lihat Imam al-Adzam ibn Abi Hanifah Nukman ibn Stabit al-Kufi , Al-Fiqhu al-Akbar, Darul al-Ma’arif al-Nidzamiyah, 1342 H, hal. 7 3 Dan inilah sifat bawaan pertama kali manusia yang suci dan murni sebelum terkena noda hewani, sebagaimana dikatakan dalam Al-Tin Ayat 4-5. Sesungguhnya telah Kami jadikan manusia makhluq paling sempurna, kemudian Kami hinakan dia sehingga menjadi lebih rendah daripada yang rendah. Lihat Syed Muhammad Naquib Al-A! as, Risalah untuk Kaum Muslimin, Kuala Lumpur ISTAC, 2001, hal. 32 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 3Vol. 4, No. 1, Juli 2019terhadap jiwa mereka seraya berfi rman “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab “Betul Engkau adalah Tuhan kami, kami menjadi saksi”Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan “Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini keesaan Tuhan. Perjanjian itu pula yang mengikat dan menjadi saksi, bahwa sesungguhnya manusia itu bertauhid, yakni mempercayai ke-Esaan Tuhan. Pengakuan ini dibenarkan oleh Allah dan karenaya manusia bertanggungjawab atas kesaksianya itu untuk mengabdi kepada-Nya, sebagaimana di fi rmankan Allah dalam Al-Muminun 52 “bahwa sesungguhnya agama tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” Melalui tauhid manusia mengenal dan mengabdi kepada-Nya dan karenanya pula meraka mampu memperoleh keselamatan, kebahagiaan dan banyak ayat-ayat dan surat dalam al-Qur’an yang menjelaskan pentingnya tauhid bagi kehidupan manusia yang mampu membimbing jalan menuju keselamatan dan Salah satu surat itu, adalah al-Fatihah. Dalam surat tersebut terdapat tiga jenis tauhid seperti yang diklasifi kasikan Ibnu Taimiyah yaitu; tauhid Ulûhiyah, Rubûbiyah, dan al-Asmâ wa al-Shifât5. Premis konsep tauhid dalam surat al-Fatihah itu bisa dicermati kandungan masing-masing ayat yang ada didalamnya. Al-Fatihah sebagai salah satu surat dalam al-Qur’an, tidak saja mengandung konsep 4 Setidaknya ada 28 tempat yang bisa dirujuk untuk membahas tema tauhid. Lihat Tauhid, al-Qur’an Digital versi Jumadil Akhir 1425,Agustus 2004, Website h! p// E-mail info Lihat juga Ali Ibn Nafi ’ al-Ulyani, Hakekat al-Tauhid wa al-Farqu Baina al-Rububiyah wa al-Uluhiyah, Riyad al-Thaba’ah al-Ula, 1998, 5 Ibn Taymiyah membagi tauhid menjadi tiga; uluhiyah, rububiyah dan asma wa al-sifat. Lihat Ibn Taymiyah Haqaqahu Farid Abdu al-Aziz al-Hasani, Majmu’ât al-Fatawa, Jilid I, Cairo Darul al-Hadits al-Qahirah, 2006, hal. 169 Lihat H. Amal Fathullah Zarkasyi, Konsep Tauhid Ibn Tayimiyah & Pengaruhnya di Indonesia, Ponorogo Darussalam, 2010, hal. 137 4 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA tauhid, tetapi juga mengandung makna seluruh isi al-Qur’an. Dan karenanya al-Fatihah disebut ummu al-Qur’an, ada yang menyebut Sab’u Mastani, karena jumlah ayatnya sebanyak tuju ayat atau karena dibaca berulang-ulang dalam setiap rekaat pada setiap shalat, dan ada juga yang menyebut al-Fatihah, karena sebagai pembuka kitab yang agung Umm al-Qur’an.6Namun persoalanya adalah tidak banyak manusia yang mengetahui dan memahami, tauhid itu sejatinya merupakan pandangan hidup yang benar dan universal yang mampu mengenalkan kembali kepada fi trahnya, sehingga karenanya kehidupun mereka menjadi tidak terarah bahkan sengsara. Bagaimana sejatinya jaringan konsep tauhid dalam surat al-Fatihah itu menjadi sebuah pandangan hidup yang bisa mengenalkan kembali manusia akan fi trahnya, sehingga mampu membangun peradaban yang pada gilirannya bisa memperoleh kebahagiaan adalah sebuah pertanyaan yang akan menjadi fokus bahasan makalah ayat dan konsep tauhid dalam surat al-FatihahUntuk memastikan validitas konsep tauhid dalam surat al-Fatihah bisa dicermati dari ayat pertama, “Bismillahirrahmanirrahim”. Kata bismillah menurut Ali al-Sabuni dalam bukunya, diambil dari nama yang tinggi derajatnya dan merupakan nama dari nama-nama yang baik bagi Yang berarti nama tersebut adalah nama-nama dan sifat Allah tauhid al-asma wa al-sifat. Sementara huruf al-Ba dalam lafadz bis-millah menurut Ibn Katsir memiliki arti Allah, al-Siin memiliki maksud tsana’ atau pujian, al-mim berarti malaikat dan Allah, arrahman berarti rahmat untuk dunia dan akhirat sementara 6 Imam al-Jalil al-Hafi dz Imaduddin Abi al-Fida Ismail Ibn Katsir al-Qurtubi al-Dimasqi, Tafsîr al-Qur’ân al-Azhîm, Jilid I, Riyadh Darussalam, 1998, hal. 26 Lihat juga Muhammad Ali al-Sabuni, Tafsîr Ayât al-Ahkâm, Jilid I, Baerut Daru al-Kutub al-Ilmiyah 2004, hal. 117 Muhammad Ali al-Sabuni, Tafsîr Ayât al-Ahkâm, Jilid I, Baerut Daru al-Kutub al-Ilmiyah, 2004, hal. 15 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 5Vol. 4, No. 1, Juli 2019arrahim berarti sayang untuk Selain itu, bismillah juga berarti memulai segala sesuatu dengan nama Allah. Bismillah juga menunjukkan makna, hanya kepada-Nya tempat meminta bantuan, karena Dia adalah Tuhan yang memiliki rahmat, kasih sayang dan kebaikan yang berhak dan wajib disembah tauhid uluhiyah.9 Bismillah juga berarti bahwa setiap pekerjaan itu hendaknya bermula daripada-Nya, jika tidak, seperti cara kerja orang-orang ateis dan tradisi masyarakat Barat, maka pekerjaan itu akan terputus dan berdampak pada hasil yang jauh dari nilai berkah dan karenanya akan menjadi sia-sia10. Sebaliknya apabila diawali tauhid, maka akan terhindar dari niat jahat, karena syaitan ketakutan dan mengecil seperti lalat, ketika mendengar kata bismillah,11 dan lebih dari itu semua akan membawa barkah yang besar. Jika seseorang terbiasa mengawali pekerjaan bertitik tolak pada pangkalan Illahi, maka pekerjaan itu akan bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, lingkungan bahkan kemanusiaan secara keseluruhan. Pada ayat kedua “Alhamdulillâhi Rabi-l-Aalamin.” Ayat ini menunjukkan, bahwa Allah adalah pencipta dan pemelihara alam tauhid rubûbiyah. Allah dalam ayat tersebut bukan saja sekedar pencipta alam, tetapi juga memberikan nikmat kepada hambanya tanpa terkecuali, jika ada hamba yang menerima nikmat kemudian memuji Allah, maka yang ada padanya adalah ketaatan dan karenanya hamba yang seperti itu akan berhak mendapatkan Menurut Quraish Shihab, ayat ini menenangkan manusia bahwa segalanya telah dipersiapkan Allah, tidak ada satu pun kebutuhan makhluq dalam mencapai tujuan hidupnya yang tidak disediakan karena Dia adalah 8 Lihat Ibn Kasir al-Qurtubi, Tafsîr al-Qur’ân al-Azhîm, hal. 37 9 Muhammad Ali al-Sabuni, Shafatu al-Tafasir, Jilid I, hal. 2310 Hasyiah Imam al-Baijuri, Ala Jauhari Tauhid, Haqaqahu Ali Jum’ah Muhammad al-Syafi i, Edisi V, Darussalam, 2010, hal. 2211 Ibn Kasir al-Qurtubi, Tafsîr al-Qur’ân al-Azhîm, Jilid I, hal. 3812 Imam Fakhruddin Muhammad Ibn Umar Ibn al-Husain Ibn al-Hasan Ibn Ali al-Tamyizi al-Bakir Arrazi al-Syafi ’i, al-Tafsîr al-Kabîr au Fatihu al-Ghaib, al-Mujalad 1-2, Bairut Darul al-Qutub al-Ilmiyah, 2000, hal. 182 6 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA pendidik dan pemelihara seluruh Sementara pada ayat kelima, “Hanya kepada-Mu-kami mengabdi dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” Banyak sekali pesan yang terkandung dalam kedua kata terangkai Iyyaka Na’budu ini. Secara langsung, penggalan ayat ini mengecam mereka yang mempertuhan selain Allah, baik masyarakat Arab ketika itu maumpun selainya. Dalam ayat kelima ini Fakhr al-Din al-Razi menafsirkan, bahwa kata Iyyaka Nakbudu diartikan sebagai tidak ada Tuhan yang wajid disembah kecuali Allah yang Maha Esa. Tidak ada yang pantas untuk disembah kecuali hanya Dia yang memberi segala Iyyaka mengandung arti pengkhususan, yakni tidak ada Tuhan selain Engkau. Jika pengertian Iyyaka semata tertuju kepada Allah Swt bukan yang lain, maka akan mucul darinya hakikat pengawasan yang menjadi tema surat al-Fatihah. Hal ini diperkuat pengertian kata Ibadah yang intinya adalah penyerahan diri secara penuh kepada halnya dengan nama-nama dan sifat Allah, seperti yang disebut dalam surat al-A’raf 180 “Hanya milik Allah al-asma al-husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut al-asma al-husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” Nama-nama Allah yang baik16 itu juga bisa dilihat pada surat al-Fatihah ayat ketiga “Arrahman al-Arrahim.” Yang berarti yang Maha pengasih dan Maha penyayang. Dalam kaitan nama dan sifat Allah ini, Abu Mansur al-Maturidi menyatakan, bahwa ketika Allah 13 Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume I, Tangerang Lentera Hati, 2002, hal. 3814 Arrazi al-Syafi ’i, al-Tafsîr al-Kabîr au Fatihu al-Ghaib, hal. 19215 M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume I, hal. 6116 Nama-nama baik bagi Allah itu ada empat ribu nama. Seribu ada dalam al-Qur’an dan berita-bertia yang benar, seribu dalam Taurah, seribu dalam Injil, seribu ada dalam Zabur dan ada yang menyatakan seribu yang lainya ada di lauh mahfudz. Lihat Fakhruddina Arrazi, Fathu al-Ghaib, hal. 130 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 7Vol. 4, No. 1, Juli 2019menjadikan nama sesuatu berarti pada saat yang sama Allah telah memberikan kasih dan Rahmat dan kasih sayang Allah itu berupa keselamatan atau kebahagiaan dan siksaan atau kefakiran. Keselamatan dan kebahagiaan tidak akan tercapai kecuali dengan rahmat dan kasih sayang Allah, sementara kefakiran dan siksaan itu bisa datang dari makhluq maupun dari diperhatikan, ayat demi ayat dalam surat al-Fatihah, maka akan tampak jaringan ayat-ayat yang ada didalamnya dengan ayat lain yang saling menyambung. Seperti ayat ketiga berkaitan erat dengan ayat kedua, yang berarti bahwa Allah Swt sebagai yang mencipta dan yang memelihara alam, tidak sekedar memelihara atas dasar kesewenang-wenangan, melainkan telah mencakup rahmat dan kasih Jaringan ayat-ayat tersebut mengindikasikan adanya konsep tauhid didalamnya, yang selalu berkaitan dengan konsep-konsep lain yang ada dalam al-Qur’an. Kalau konsep tauhid yang ada dalam surat al-Fatihah itu dilihat sebagai bangunan konsep yang memiliki keterkaitan dengan ayat lain, maka konsep tauhid tersebut sesungguhnya merupakan bangunan konsep yang sempurna. Kesempurnaan itu bisa dicermati dari maknanya yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Dan jika jaringan konsep tauhid yang meliputi syumuli itu, dipahami dan dijadikan pijakan bagi setiap aktifi tas manusia, maka sejatinya konsep tauhid itu merupakan worldview atau pandangan hidup yang bisa membimbing manusia memperoleh keselamatan dan kebahagiaan hidup, bahkan bisa juga dipastikan mampu menghantarkan pembangunan sebuah peradaban. 17 Imam Ilmu al-Hady Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi al-Samarqandi, Kitâbu al-Tauhîd, Haqaqahu Fathullah Khalaf, al-Maktabah al-Islamiyah, Istambul Turqi, 1970, hal. 6518 Imam Fakhruddin Muhammad Ibn Umar Ibn al-Husain Ibn al-Hasan Ibn Ali al-Tamyizi al-Bakir Arrazi al-Syafi ’i, al-Tafsîr al-Kabîr au Fatihu al-Ghaib, hal. 15119 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, hal. 40 8 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA Pengertian Pandangan Hidup WorldviewSecara umum pandangan hidup sering diartikan sebagai prinsip hidup, fi lsafat hidup dan pedoman hidup atau worldview. Dalam bahasa Inggris worldview, berarti pandangan dunia, dalam bahasa Jerman weltanschauung, adalah pandangan tentang dunia, yang berarti menyangkut soal hakekat, nilai, arti, dan tujuan dunia dan hidup Worldview menurut Alparslan diartikan sebagai asas bagi setiap prilaku manusia, termasuk aktifi tas-aktifi tas ilmiyah dan teknologi. Setiap aktifi tas manusia akhirnya dapat dilacak pada pandangan Pandangan hidup ini terkadang disebut juga sebagai paradigma. Paradigma berasal dari bahasa Inggris paradigm yang mengandung pengertian cara memandang sesuatu, dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem Thomas Kuhn memaknai paradigma sebagai seperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan kita, baik tindakan keseharian maupun dalam penyeledikan ilmiyah. Oleh karena worldview dan paradigma mengandung makna yang sama, maka Edwind Hung dan Gu! ing sepakat memberikan arti keduanya sama. 23 Dalam pengertian yang lebih luas tetapi memiliki makna sama, sejatinya pandangan hidup menunjuk pada isi kepala’ seseorang yang terdiri dari aneka ragam keyakinan, pendirian, pikiran, anggapan, serta khayalan atau gambaran abstrak tentang dirinya sendiri selaku manusia, yang semuanya secara sadar atau tidak sadar membentuk 20 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta Gramedia Pustaka Utama, 2005, hal. 117821 Lihat Hamid Fahmi Zarkasyi, Pandangan Hidup sebagai Asas Epistimologis Islam, Kumpulan Materi Kuliah Worldview Islam, Program Pasca Sarjana ISID, 2011, 22 Lorens Bagus, Kamus Filsafat., hal. 77823 Lihat Hamid Fahmi, Pandangan Hidup sebagai Asas Epistimologis Islam. Lihat Syamsuddin Arief, Pemikiran Barat Modern Dari Renaissans hingga Postmodernisme, makalah disampaikan pada pembekalan PKU IV, ISID, 01/02/2011, hal. 1 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 9Vol. 4, No. 1, Juli 2019dan pada giliranya mempengaruhi sikap, keputusan, prilaku dan tindakan-tindakan orang tersebut. Dari gambaran tentang worldview dan paradigma di atas setidaknya dapat disimpulkan bahwa sejatinya kedua istilah tersebut masih bersifat umum. Keumuman istilah itu bisa dilihat ketika kata worldview atau paradigma diberi kata sifat seperti Kristen, Hindu, Budha, Islam, Barat dan lain sebagainya. Sehingga baik worlview maupun paradigma masing-masing masih terbuka untuk diberi kata sifat apa saja. Tetapi ketika worldview dan paradigma telah diberi tambahan kata sifat yang berbeda, maka sudah barang tentu berbeda pula spektrum dan maknanya. Contoh worldview atau paradigma Barat berbeda dengan Worldview Islam, Kristen, Budha dan yang tidak mempercayai hal-hal yang bersifat non empiris dan hanya menyakini sesuatu yang bersifat rasional, maka orang tersebut dipastikan sulit untuk menerima Tuhan sebagai sumber kekuatan dibalik tindakannya. Tetapi sebaliknya, jika keimanan kepada Tuhan telah melekat pada diri setiap orang dan menjadi dasar bagi setiap tindakanya, maka orang tersebut sejatinya telah memiliki kemampuan untuk membuktikan hal-hal yang bersifat empiris dan non empiris sekalipun. Perbedaan cara pandang yang seperti ini, tentu bukan tanpa sebab, melainkan faktor pandangan hidup adalah yang paling dominan memberi andil dalam menentukan hasil karyanya. Pandangan hiduplah yang mampu memberikan sumbangan terbesar dalam menentukan corak, bentuk sekaligus warna yang keluar dari produk pemikiran seseorang. Karena pandangan hidup memiliki peran kunci, maka sumber dan proses perolehan padangan hidupnya juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Perolehan padangan hidup seseorang biasanya tidak bisa dilepaskan dari faktor lingkungan yang mengintarinya. Sebuah pemikiran yang lahir dari nalar seseorang biasanya dipengaruh oleh lingkungannya termasuk 10 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA pendidikan. Menurut Jean Peaget24 bahwa, lingkungan social pendidikan dapat membatu memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif Teori ini diperkuat dengan teori yang menyatakan, bahwa pandangan hidup dan pola fi kir seseorang dapat lahir dan berkembang dari akumulasi ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui proses pendidikan. Sebaliknya bentuk pendidikan dan corak ilmu pengetahuan yang diajarkan juga ditentukan oleh karakter pandangan hidup suatu bangsa atau peradaban. Pandangan hidup yang memiliki elemen kepercayaan terhadap Tuhan misalnya, sudah tentu akan menerima pengetahuan non-empiris. Sebaliknya pandangan hidup yang mengingkari eksistensi Tuhan akan menafi kan pengetahuan non-empiris dan pengetahuan lainnya. Demikian pula pandangan hidup ateis akan menganggap sumber pengetahuan moralitasnya hanyalah sebatas subyektifi tas manusia dan bukan dari Tuhan 26 Pandangan hidup ateis atau pandangan yang menginkari eksistensi Tuhan, tentu berbeda dengan mereka yang menjadikan tauhid sebagai pandangan Sebagai Pandangan HidupTema menjadikan konsep tauhid dalam surat al-Fatihah sebagai pandangan hidup adalah sebuah upaya untuk menggagas rumusan teori yang didasarkan pada al-Qur’an. Rumusan ini meniscayakan adanya pemahaman bahwa al-Qur’an merupakan pandangan hidup yang universal. Apa yang dimaksud dengan pandangan hidup di sini adalah 24 Jean Peaget, adalah ahli teori dalam perkembangan Jean Peaget, Bringuier, 1980 hlm. 110, Dalam Wikipedia, Valmband, Arthachristianti. Woedpress. Com, Pembebalajaran Guru, di unggah, pada tanggal 14 Maret Lihat Hamid Fahmi Zarkasyi, Pandangan Hidup, Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Islam, makalah disampaikan pada workshop Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan di Sekolah Tinggi Lukman ul Hakim, Hidayatullah Surabaya, 12-13 Agustus 2005. Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 11Vol. 4, No. 1, Juli 2019bahwa tauhid yang bersumberkan dari wahyu Tuhan itu harus dipahami sebagai worldview yang menjadi asas bagi setiap prilaku manusia termasuk aktifi tas-aktifi tas ilmiyah dan teknologi. Maulana al-Maududi memaknai pandangan hidup dengan Islam Nazariyat, yang berarti dimulai dari konsep keesaan Tuhan yang berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di Naquib al-A! as memberikan nama untuk kata worldview sebagai Ru’yatu Islam lil wujud, yaitu sebagai pandangan tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita dan yang menjelaskan tentang hakekat defi nisi tersebut, dapatlah ditarik pesa bahwa tauhid dapat menjadi worldview, dalam artian memahami tauhid sebagai asas bagi prilaku manusia, realitas dan kebenaran yang menjelaskan hakekat wujud, pandangan hidup yang berimplikasi pada seluruh aspek kegiatan hidup manusia. Konstruksi pemahaman tauhid sebagai pandangan hidup seperti ini, dimaksudkan agar setiap manusia memiliki hikmah’ yang atas dasar itu dapat memformat prilaku yang sejalan dengan nilia-nilai normatif al-Qur’an, baik prilaku yang terkait secara vertikal maupun horizontal. Jika konsep tauhid telah disepakati menjadi pandangan hidup setiap individu, maka bukan berarti konsep ini telah fi nal, melainkan masih ada pekerjaan besar, yaitu bagaimana konsep tauhid ini bisa didialogkan dengan konsep-konsep lain yang ada dalam al-Qur’an semisal konsep tentang Tuhan, manusia, ilmu, iman, amal, alam, bahagia dan lain konsep tauhid dalam surat al-Fatihah dan jaringanya dalam al-Qur’an bukanlah pekerjaan sederhana. Diperlukan sebuah metode pendekatan wahyu yang bisa 27 Hamid Fahmi Zaarkasyi, M. Phil. Dkk, Membangun Peradaban Dengan Ilmu, Kalam Indonesia, Depok Kampus UI, 2010, hal. 14428 Syed Muhammad Naquib al-A! as, Prolegomena To The Metaphysics of Islam An exposition of The Fundamental Elements of The World View of Islam, Kuala Lumpur ISTAC 1995, hal. 2 12 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA menggiring pada pemahaman yang utuh. Pendekatan tersebut, bisa dimulai dengan menjadikan surat al-Fatihah sebagai pijakan awal yang dikaitkan dengan beberapa ayat al-Qur’an yang telah di identenfi kasi ke dalam satu katagori. Kemudian dari identifi kasi itu dibuat aturan umum dari berbagai katagori ayat-ayat, identifi kasi hubungan konseptual antara berbagai konsep dalam katagori ayat-ayat. Diperlukan juga derivasi ayat-ayat menjadi framwork untuk mengevaluasi asumsi-asumsi dasar keilmuan, paradigma dan kerangka dasar keilmuan lain. Jika proses pendekatan tersebut dianggap menyimpang, maka tidak mudah menyalahkan al-Qur’an tetapi perlu rekonstruksi dan uji ulang pemahaman hingga menjadi hubungan harmonis sesuai dengan bimbingan keimanan para ulama, semuanya tentu memerlukan perhatian serius dan kerja keras. Jadi disamping memberikan kerangka dasar epistemologis, aksiologis, yang berbasis pada jaringan konsep dalam al-Qur’an, upaya ini dimaksudkan sebagai gagasan mengembangkan paradigma keilmuan Islam. Inilah kerangka awal yang perlu dibicarakan dalam kajian ini. Untuk memulai penelitian ini perlu secara bertahap dijelaskan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lain. Seperti bagaimana konsep tauhid dalam surat al-Fatihah berhubungan dengan konsep Tuhan, manusia, ilmu, iman, amal, nilai, alam, kebahagiaan dan lain Tauhid Tuhan dalam surat al-FatihahSemua ayat dalam surat al-Fatihah memiliki kandungan tauhid yang selalu terkait dengan ayat-ayat lain dalam al-Qur’an. Keterkaitan ayat-ayat tersebut bisa dilihat misalnya pada ayat kedua “alhamdulillahi Rabbi allamin” yang menjelaskan tentang tauhid rubububiyah berhubungan erat dengan surat-surat dan ayat-ayat berikut 2 163, 1 4, 23 91, 17 42 dan lain sebagainya. Dalam ayat tersebut dibicarakan tentang Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Keesaan atau ketauhidan adalah hanya milik Tuhan, Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 13Vol. 4, No. 1, Juli 2019tidak ada makhluq yang pantas mendapat kata sifat Maha Esa. Jika ada tuhan lain selain Tuhan yang menicptakan langit dan bumi beserta isinya, maka berarti ada dua tuhan yang memiliki pekerjaan sama, dan hal tersebut tidak mungkin. Kalau di dunia ini ada dua tuhan yang mengatur bumi, langit beserta isinya, maka tentulah dunia ini hancur, tetapi realitasnya tidak demikian, hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu Tuhan, yaitu Tuhan Allah yang Keesaan Tuhan meliputi keesaan dalam rububiyah ketuhanan, uluhiyah ibadah, al-Asma’ dan al-Sifat. Hanya Tuhan rububiyah yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya yang berhak dan wajib disembah oleh manusia. Ayat yang mejelaskan tentang keesaan Tuhan ini, dipertegas oleh ayat lain yang menyebutkan, bahwa setelah manusia mengakui keesaan-Nya dia memiliki kewajiban untuk menyembah hanya kepada-Nya, sebagaimana dalam al-An’am 6 102 “Demikianlah Allah Tuhan kamu yang memiliki sifat-sifat; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.” Dan juga ayat lain al-Baqarah 2 21 “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” Perintah untuk menyembah kepada Tuhan yang satu ini, juga telah ditegaskan oleh hadis nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad, bahwa pada saat haji wada’ Rasulullah berkata, “sembahlah Tuhanmu dan shalatlah lima kali, berpuasalah satu bulan, tunaikanlah zakat dengan harta kamu dan taatilah apa-apa yang telah diperintankan kepada kamu agar kamu masuk surga,”30 29 Sekiranya di langit dan di bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‹Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. Lihat al-Anbiya 21 2230 Abu Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Hambali ibn Halali ibn Asad al-Syaibani al-Fakih wa al-Muhadis Shahibu al-Mazdhab, Musnad Ahmad, Mauqiu Wuzarai al-Auqaf al-Misriyah, h! p// Juz 48, Bab. Hadis Abi Amamah al-Bahi, No. 22818, 14 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA Beberapa contoh ayat tentang tauhid tersebut, bisa dilihat adanya keterkaitan yang pasti dengan ayat-ayat tentang Tuhan. Dan karenanya pula, maka keterkaitan ayat-ayat itu sejatinya juga bisa dilihat adanya perintah untuk taat kepada-Nya, seperti perintah sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu semua, bertaqwalah kepada-Ku, bersujudlah kepada-Ku dan lain sebagainya. Keesaan Tuhan dalam Islam berarti pengakuan, bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Bukan Esa yang memiliki makna tiga dimensi seperti dalam agama Kristen. Dalam agama Kristen sebutan untuk Tuhannya adalah Trinitas, yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Tuhan Ruhul Qudus. Iman Kristiani mengakui adanya tiga Tuhan dalam satu, satu dalam tiga, hal yang sangat bertolak belakang dengan iman seorang Muslim. Bagi Muslim, seorang yang mengakui adanya Tuhan selain Alllah, berarti sama halnya telah menyekutukan Tuhan. Dan seorang yang menyekutukan Tuhan berarti sama halnya telah kafi r. Seperti dijelaskan dalam fi rman-Nya al-Maidah 5 73 “Sesungguhnya kafi rlah orang-orang yang mengatakan “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafi r diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” Dan dalam 42 11 Keesaan Tuhan dalam Islam juga berarti, bahwa Dialah satu-satunya Tuhan yang berhak dan wajib disembah, tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya, Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia berarti hanya Dialah dzat yang Maha segalanya. Dalam kaitannya dengan dzat dan shifât Tuhan ini, Imam al-Syafi ’i pernah menyampaikan pernyataan dalam salah satu khutbahnya, “Tidak seorangpun mampu mensifati kebesaran-Nya sebagaimana yang disifati Allah kepada diri-Nya sendiri.”31 31 Abu al-Yazid Abu Yazid al-Ajami, al-Aqîdah al-Islâmiyah Inda al-Fuqahâ al- Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 15Vol. 4, No. 1, Juli 2019Dalam pembahasan ilmu kalam, sifat Tuhan merupakan salah satu persoalan yang terus diperdebatkan oleh para Mutakalimin. Mu’tazilah misalnya, kelompok ini menyatakan bahwa sifat Allah adalah ainu dzat. Berbeda dengan Abu Hasan Asy’ari yang menyatakan, bahwa sifat Allah itu qâimun bidzâtihi. Sifat Allah itu sebagaimana yang disifati-Nya sendiri. Seperti Allah itu Ada dan Hidup, Maha mendengar, Maha melihat, Maha tahu, Maha kuasa atas segala sesuatu. Sifat-Nya adalah berdiri didalam Zdat-Nya. Allah Maha Mengetahui karena Dia memilki Ilmu, Allah Maha Kuasa karena memiliki Kuasa dan Dengan mengungkapkan sikapnya mengenai sifat Tuhan seperti tersebut, Abu Hasan Asy’ari, sejak seribu tahun yang lalu hendak menangkis, memberantas dan menjawab golongan yang keliru, menyeleweng dan yang meyebarkan bid’ Pendapat mengenai sifat Tuhan yang Esa ini, memang menurut para ahli kalam sangat beragam pendapatnya, bahkan diantara mereka sampai ada yang menentukan jumlah bilangannya. Seperti Abu Hamid al-Ghazali mislanya, dia menyatakan, bahwa sifat Azaliyah Allah itu terdiri dari tuju 7 sifat yaitu; Alimun, Qâdirun, Hayyun, Murîdun, Samî’un, Basyîrun dan Sementara menurut al-Syahrasytani sifat Allah itu terdiri dari tiga belas 13 sifat yaitu; al-Ilmu, al-Qudrah, al-Hayat, al-Irâdah, al-Sam’u, al-basyir, al-Kalâm, al-Jalal, al-Ikrâm, al-Jaudu, al-In’amu, al-Izzatu dan Sedangkan menurut pengikut Asy’ari Asyairah, yakni al-Syayid Ahmad Marzuqi, sifat Allah itu terdiri dari dua puluh 20 sifat yaitu; Arba’ah, Darussalam, 2008, hal. 282 32 Abu Hasan Ali ibn Isma’il ibn Abdillah ibn Abi Musa al-Asy’ari, al-Ibânah an-Ushûli al-Diyânah, Bairut-Libanon Daaru Ibn Zaidun, ! . Hal. 4333 Syed Muhammad Naquib Al-A! as, Risalah Untuk Kaum Muslimin, Kuala Lumpur ISTAC, 2001, hal. 72 34 Abu Hamid al-Ghazali, al-Iqtishâd fî al-i’tiqad, Tahqiq Fadhilatu al-Syaikh Mustafa Abu al-Aala, Mesir Maktabah al-Jundi, 1518, hal. 7535 Abi al-Fa! ah Muhammad Abdul al-Karim Ibn Abi bakar Ahmad al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, Tahqiq Abdul al-Aziz Muhammad al-Wakil, Lebanon, Darul al-Fikr, ! ., hal. 92. 16 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA Allah ; al-Maujud, Qadim, Baqa, Mukhalafatu lilkhalqi, Qaimun, Wâhid, Hayun, Qâdirun, Muridun, Aalimun, Samiiun, Basyiirun, Mutakalimun, Qudrah, Irâdah, Sam’un, Basyarun, Hayatun, Alilmu dan Kalamun. 36 Pengikut Asy’ari yang lain, Ibrahim al-Baijuri juga menyatakan bahwa sifat wajib Allah terdiri dari dua puluh sifat, yaitu; Allah ; al-Maujûd, Qâdim, Baqa, Mukhalafatu lilkhalqi, Qaimun, Wâhid, Hayun, Qâdirun, Murîdun, Âlimun, Samiiun, Basyiirun, Mutakalimun, Qudrah, Irâdah, Sam’un, Basyarun, Hayatun, Alilmu dan Perselisihan yang terjadi diantara para Mutakalimun mengenai sifat Allah tersebut sebenarnya sebatas pada permasalahan kalam, tetapi pada prinsipnya mereka tetap mengimani akan keseaan-Nya. Dari pola pendekatan ayat-ayat tentang tauhid dan kaitanya dengan ayat-ayat tentang ketuhanan diatas, dapatlah disimpulkan bahwa keduanya memiliki pengertian dan defi nisi yang berbeda, meskipun demikian perbedaan tersebut tidak membawa perbedaan makna, akan tetapi sesungguhnya merupakan satu pemahaman yang saling melengkapi. Dalam Islam antara tauhid dan ketuhanan merupakan dua hal yang tidak mungkin untuk dipisahkan. Jika terjadi pemisahan antara keduanya, maka akan mengurangi makna dan kandungan artinya. 36 Dua puluh sifat itu terbagi menjadi empat bagian; pertama sifat nafsiyah yaitu sifat yang berhubungan dengan dzat Allah, sifat yang masuk dalam sifat ini adalah sifat wujud Allah. Kedua sifat salbiyah, yaitu sifat yang menolak sifat-sifat yang tidak layak bagi Allah, seperti qidam, baqa’, mukhalawatul lilhawadis, qiyamuhu binafsisi dan wahdaniyah Allah. Ketiga sifat ma’âni, yaitu sifat yang dapat dibambarkan dengan akal manuisa dan dapat diuji, seperti qudrat, irâdat, ilmun, hayyat, sam’u, bashar dan kalam. Keempat sifat ma’nawiyah yaitu sifat yang berhubungan dengan sifat ma’ani seperti kaunuhu qâdiran, murîdan, âlimun, hayyan, samî’un, bashîrun dan mutakalimun. Lihat Al-Syayid Ahmad Marzuqi, Aqidah al-Awam, Surabaya Indonesia Maktabah Muhammad Ibn Ahmad Nabhan wa Aulaaduhu, ! ., hal. Sifat wajib Allah yang dua puluh ini, ada yang disebut sebagai sifat ma’ani dan ma’nawiyah. Sifat ma’ni adalah; qudrat, irâdat, ilmun, hayyat, sam’u, bashar dan kalam dan ma’nawiyah seperti sifat kaunuhu qadiran, muridan, alimun, hayan, sami’un, bashirun dan mutakalimun. Sifat ini selalu berhubungan dengan sifat ma’ani. Lihat Syaikh Islam al-Syaikh Ibrahim al-Baijuri, Bitahqid al-Maqam Ala Qifayati al-Awam, Semarang Taha Putra, ! ., hal. 26-60. Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 17Vol. 4, No. 1, Juli 2019Mendiskusikan tema tentang ketuhanan dalam Islam, berarti membahas juga tentang keesaan Tuhan, yang berarti sama membahas tentang tauhid. Karana dalam paradigma Islam yang dimaksud dengan Tuhan adalah Tuhan yang Satu, bukan Tuhan yang lain, maka menghadirkan keterkaitan tauhid dengan ketuhanan secara bersama dalam pikiran seseorang adalah suatu upaya mengitegrasikan pemahaman secara utuh. Dan lebih dari pemahaman tersebut, mengaitkan antara keduanya, berarti sejatinya juga telah mendiskusikan salah satu disiplin ilmu dalam Islam, yaitu ilmu tauhid. Karena ilmu tauhid pada hakekatnya adalah ilmu yang membahas tentang keesaan Tuhan, untuk menguatkan keyakinan beragama melalui bukti-bukti keimanan yang Dengan demikian berarti ilmu tauhid merupakan ilmu yang menegaskan bahwa Tuhan adalah satu-satunya zdat dan sifat yang berhak dan wajib di sembah, dan tidak menerima pengakuan zdat dan sifat selain Konsep Tauhid dan ManusiaDalam Islam, hanya Tuhan yang Satu yang wajib di sembah. “Iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în”. Na’budu diambil dari kata ibâda ; kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya. Nasta’in minta pertolongan, terambil dari kata isti’âna ; mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan. Konsep tauhid yang ada pada ayat ini menjelaskan sejatinya manusia itu adalah makhluq sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan pihak lain. Quraish Shihab dalam Tafsir Misbah menjelaskan bahwa penggalan 38 Imam al-Baijuri, Ala Jauhari al-Tauhid al-Musamma Tuhfatu al-Murid Ala Jauharati al-Tauhid, Haqaqahu Ali Jum’ah Muhammad al-Syafi ’i, Darussalam al-Qahirah-Iskandariyah, 2010, hal. 38 18 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA ayat ini menggunakan bentuk jamak “Hanya kepada-Mu Kami mengabdi dan hanya kepada-Mu Kami meminta pertolongan.” Kata kami adalah menunjuk kebersamaan yang mengandung pesan gambaran ciri khas ajaran Islam adalah kebersamaan. Seorang muslim harus selalu memiliki kesadaran Dari ayat kelima ini bisa diambil suatu pesan manusia yang bertauhid itu dapat dipastikan memiliki kesadaran sosial yang tinggi. Untuk memastikan kebenaran hipotesa tersebut, perlu melihat hubungan antara konsep tauhid dan manusia yang ada dalam al-Qur’an. Manusia dalam bahasa al-Qur’an arab bisa dijumpai dalam beragam kata seperti; al-Nâsu, al-Insânu dan al-Basyaru. Masing-masing kata tersebut disebutkan secara berulang-ulang dan selalu berhubungan dengan ayat-ayat yang lain. Dalam mendiskusikan tema tauhid dan hubunganya dengan manusia ini, akan dicoba membahas beberapa keterkaitan antara kedua konsep tersebut, bagaimana integrasi antara keduanya dalam alam pikiran manusia bisa terwujud, apa implikasi keterkaitan antara keduanya jika hal itu bisa dilaksanakan, serta faktor apa saja yang muncul sebagai akibat, jika ternyata keterkaitan itu diabaikan oleh manusia. Untuk mengungkap beberapa premis tersebut perlu dilihat disini apa sebanarnya manusia, jika ditinjau dari sinonim arab ; al-Naasu, al-Insaan dan dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 172 kali, masing-masing ayat tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain. Seperti surat 17 94 misalnya, ayat ini mengambarkan kuasa Tuhan yang memberi petunjuk agar manusia beriman. Jika Allah berkehendak maka tak seorang pun bisa menghalangi kehendak-Nya. “Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul?” Seorang yang 39 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume I, Tangerang Lentera Hati, 2002, hal. 65 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 19Vol. 4, No. 1, Juli 2019telah mendapat petunjuk dari Tuhan, memiliki keyakinan yang kuat, biasanya selalu melakukan kebajikan. Orang yang shaleh selalu mengalir daripadanya kebaikan, memiliki empati tinggi terhadap orang lain, untuk berbuat yang baik. Dia merasa iba jika ada shabatnya dalam keadaan tidak baik, karenanya pula dengan ihlas memberikan peringatan kepada shabatnya itu. Orang-orang yang telah sampai pada tingkatan keimanan seperti itu, biasanya tidak berhenti untuk terus memupuk ketaqwaanya dengan berbagai cara, termasuk selalu mengingat perintah-Nya. Sebagaimana dalam al-Baqarah 2 21 “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” Ayat yang membimbing manusia agar cinta bersujud kepada-Nya ini menegaskan, jika seseorang telah cinta akan sujud shalat, maka biasanya tampak pada raup wajahnya itu pengaruh dari sujud, yang beimplikasi dalam prilau keseharianya. Orang-orang yang sudah sampai pada tingkatan seperti ini, tidak pernah menyuruh orang lain berbuat kebaikan kecuali yang bisa dia lakukan. Dia akan merasa berdoasa jika mengajak orang berbuat kebaikan sementara dirinya tak mampu mengerjakanya. Karena orang yang seperti itu memahami benar, bahwa hal yang seperti itu tidak dibenarkan dalam agama. Dia selalu ingat pesan ayat dalam al-Baqarah 2 44, “Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaktian, sedang kamu melupakan diri kewajiban mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab Taurat? Maka tidaklah kamu berpikir?” Dari ketiga ayat tentang manusia, yang berasal dari kata al-Naas di atas, semuanya menggambarkan, ketika manusia telah memiliki pemahaman tauhid dengan baik beriman, maka selalu mengalir dari padanya kebajikan. Dan tidak mengherankan jika pada tingkat keimanan yang seperti itu tampil menjadi sosok pribadi yang shaleh. Pribadi yang harum, menajubkan, mempesona dan memiliki daya pikat yang tinggi. Tidak saja bisa dini’mati oleh dirinya, tetapi juga bisa dirasakan 20 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA oleh orang lain. Perumpamaan orang yang shaleh itu, seperti pohon yang menjulang tinggi kelangit biru sementara akarnya menghujam ke dalam tanah. Pohon yang seperti itu bisa dijadikan orang untuk berteduh disaat panas dan hujan. Perumpaan orang shaleh seperti inilah yang ditamsilkan dalam al-Quran, Ibrahim 14 24 “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit.”40 Dalam kehidupan nyata, potret pirbadi yang shaleh, adalah potret pribadi yang digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari, “sosok yang selalu menakjubkan karena perbuatan baiknya selalu berkata dengan kata-kata yang baik orang seperti itu tidak perlu diragukan lagi kepribadianya.”41 Sosok manusia yang shaleh adalah pribadi yang dengan keshalehanya bisa memberikan kebahagiaan pada dirinya dan orang disekelilingnya. Itulah kebahagian manusia yang paling tinggi derajatnya. Kebahagian yang hakiki adalah kebahagian yang tumbuh dari perngaruh tauhid yang kuat. Darinya kebahagiaan itu tumbuh dan berkembang menyinari alam sekelilingnya. Yaitu kebahagian yang diperoleh dari hasil keimanannya yang kuat, bukan dari keringnya tauhid. Orang yang lemah iman atau tauhidnya kering, jika pun mendapatkan materi melimpah, maka sejatinya tidak biasa menikmati gemerlap materi itu, bahkan sering kali orang yang seperti itu mudah goyah. Kekayaan yang diperolehnya kosong, tidak memberikan ketentraman batin. Gemerlap materi yang tidak medatangkan kedamaian seperti itu, tidak lain dan tidak bukan, semata karena cara memperolahnya tidak berasaskan 40 Yang termasuk dalam kalimat yang baik ialah segala ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. Kalimat tauhid seperti laa ilaa ha illallaah. 41 Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah al-Bukhari Abu Abd Allah, Shahih al-Bukhari, Mauqiu Wuzaraai al-Misriyah, h! p// bab. Al-Faklu, Jus, 16, No. 5756, hal. 210 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 21Vol. 4, No. 1, Juli 2019pada pandangan wujud alam Itulah arti dan dampak tauhid terhadap kehidupan manusia al-Naas.Berbeda dengan manusia yang berasal dari kata al-Insân. Kata al-Insân, bisa dijumpai dalam al-Qur’an sebanyak 56 kali. Dari 56 ayat tentang manusia tersebut masing-masing meskipun tidak semuanya hampir menunjukkan bahwa sejatinya manusia itu adalah makhluq yang lemah, yang tidak bisa hidup tanpa bantuan atau keringanan. Seperti yang dilukiskan pada surat, An-Nisa 4 28. “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” Manusia jika dalam kondisi lemah, biasanya mengakui kelemahanya dengan berharap mendaptkan bantuan, tetapi jika dia merasa sudah kuat, maka lupa dengan yang pernah memberi bantuan tersebut. Kelemahan dan tabiat manusia yang seperti itu, dipertegas dalam surat Yunus 10 12. “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia kembali melalui jalannya yang sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” Itulah gambaran manusia yang lemah iman. Karakter manusia yang lemah iman bisa dilihat tanda-tandanya, seperti sikapnya yang selalu mengeluh, tidak pernah bersykur walaupun memperoleh ni’mat, mudah putus asa apabila ni’mat yang diberikan kepadanya itu halang. Potret manusia yang seperti itu sama yang digambarkan dalam Hud 11 9 “Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat ni’mat dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” Merajuknya seorang yang lemah iman dan mudahnya mereka putus asa 42 Syed Muhammad Naquib al-A! as, Ma’na Kebahagiaan Dan Pengalamannya Dalam Islam, Kuala Lumpur ISTAC, 2002, hal. xIvi 22 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA ini dipertegas lagi dalam surat ke 41 49. “Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” Dari ayat-ayat di atas, dapatlah disimpulkan, bahwa sikap seseorang yang mudah putus asa, merajuk, tidak pernah bersykur jika mendapatkan rizqi, itu semua apabila dicermati sebenarnya bersumber dari lemahnya iman dalam diri mereka. Baginya bisa dipastikan, bahwa tipe-tipe seperti itu adalah manusia yang tidak produktif. Orang-orang yang tidak percaya Tuhan, selalu melihat setiap persoalannya hanya berdasarkan standar rasionya. Realiatas kehidupan seperti itu mudah dijumpai dalam masyarakat Barat. Dalam tradisi masyarakat Barat, jika terjadi persoalan yang rumit diantara mereka, generasi; tua, muda dan belia, maka mudah sekali mereka untuk saling baku hantam yang tidak ada penyelesaianya. Mereka sering mendapatkan suatu kondisi yang buntu tidak mendapatkan jalan keluarnya. Maka tidak mengherankan jika di Barat terjadi apa yang disebut sebagai generation gap. Di Barat, pada umumnya masyarakat terbagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan tua, muda dan belia. Masing-masing golongan ini menunjukkan sikap perpisahan yang sangat akut. Perpisahan mereka ini terjadi karena masing-masing mereka berusaha mencari ma’na hidupnya sendiri-sendiri. Masing-masing saling menanyakan kehidupanya; Aku ini siapa ? dan ke manakah akhir nasib hayatku ?43 itulah kondisi orang yang tidak percaya Tuhan yang terjadi di Barat. Berbeda sekali dengan kondisi masyarakat Muslim. Orang-orang yang beriman akan menggunakan imannya untuk menyelesaikan persoalan hidup, sehingga segala persoalan dapat diatasi dengan bantuan keyakinanya itu. Karena iman pula, segala persoalah hidup bisa diselesaikan, sehingga tidak terjadi dalam keluarga Muslim apa yang disebut dengan generation gap, seperti yang terjadi di Barat. Dalam Islam, 43 Syed Muhammad Naquib Al-A! as, Risalah, Ma’na Kebahagiaan Dan Pengalamannya Dalam Islam, hal. 92-94 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 23Vol. 4, No. 1, Juli 2019hubungan antara genarasi; tua, muda dan belia saling terjaga dan saling melengkapi. Orang tua memberikan contoh kepada yang muda, yang muda memberi contoh kepada yang belia dan begitu seterunya. Potret contoh yang paling edial dalam Islam adalah Nabi Muhammad SAW. Seperti disebutkan dalah hadis shahih Bukhari, “Rasulullah adalah contoh diatara kamu yang paling baik.”44 Itulah perbedaan gambaran manusia yang percaya dan tidak percaya lagi dengan kata al-Basyar manusia, yang disebutkan dua kali yaitu pada surat Maryam 19 26 dan Al-Mudatsir 74 25. Surat Maryam dan Mudatsir ini, jika diperhatikan keduanya menggambarkan kisah yang sangat berbeda. Pada surat Mudatsir tampak kesombongan manusia yang berpaling dari kebenaran. “Kemudian dia berpaling dari kebenaran dan menyombongkan diri. Lalu dia berkata “Al Quran ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari dari orang-orang dahulu. Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia. Aku akan memasukkannya ke dalam neraka Saqar.” Sementara dalam surat Maryam bisa diamati adanya seorang yang shaleh, dan karenanya prtolongan itu datang. “Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini.” Dari kedua surat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sejatinya manusia itu menghadapi dua realitas yang berbeda dan membawa konsekewensi sebab musabab. Jika manusia taat terhadap hukum yang telah ditetapkan Allah, maka dia akan mendapatkan kemudahan, pertolongan dan kebahagiaan, 44 Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah al-Bukhari Abu Abd Allah, Shahih al-Bukhari, Mauqiu Wuzaraai al-Misriyah, h! p// bab. Al-Juhru Biqira’ati Shalat, Jus, 3, No. 774, hal. 303 24 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA tetapi jika mengikari ketetapn-Nya, maka diapun mendapatkan ancaman dan siksaan. Manusia dihadapkan dua pilihan antara yang membahagiakan dan yang menyengsarakan. Hal ini dipertegas oleh hadis Nabi yang diriwayatkan oleh al-Bukhari sebagai berukut, “Orang-orang yang mencitai kebahagiaan, akan dimudahkan baginya pekerjaan untuk mendapatkan kebahagian itu dan jika ada yang menyukai kesengsaraan, maka dipermudah pula bagianya melakukan perkerjaan yang menuntun jalan kesengsaraan tersebut.”45 Kesempatan seseorang memperoleh kebahagiaan dan kesengsaraan sebenarnya sama, sangat tergantung pada daya dan upaya serta kemauan jiwanya. Jika sesorang menghedaki kebahagiaan dan memiliki semangat jiwa yang kuat untuk memperoleh kebahagiaan tersebut, maka akan dimudahkan baginya jalan menuju kebahagiaan, tetapi jika jiwanya semangt melakukan hal-hal yang negatip, tentu akan dipermuadah baginya menuju kesengsaraan. Hanya orang-orang yang mampu mengendalikan jiwanya dengan baik dan benar yang mampu memperoleh kebahagian. Supaya manusia melalui jiwanya bisa memperoleh kebahagiaan, maka diutuslah Nabi Muhammad untuk memberikan kabar gembira kepada para pecinta kebaikan, baginya kebahagiaan dan juga sekaligus memberi peringatan bagi yang menyukai kemungkaran baginya ancaman Dengan demikian kesempatan seseorang mendapatkan kebahagiaan dan kesengsaraan sejatinya tidak bisa dilepaskan dari upaya dan semangat jiwanya masing-masing. Jika dia memiliki semangat dan jiwa tinggi akan kebaikan, maka mudah bagianya memperoleh kebahagiaan. Sebaliknya jika jiwanya 45 Muhammad ibn Isma’il ibn ibrahim ibn Al-Mughirah al-Bukhari Abu Abdillah, Shahih Bukhari, Mauqiu Wuzaraa’i al-Auqaf al-Misriyah, h! p// bab. Mauidzati al-Muhadis Inda al-Qabri, Jus, 5, No. 1362, hal. 28746 Sayid Ahmad Razaq, Syarkh Aqidah al-Imam al-Ghazali, Tahqiq Muhammad Abdul al-Qadir Nasar, Jami’atu al-Zahar, Taba’ah Ula, 2008, hal. 134 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 25Vol. 4, No. 1, Juli 2019cenderung melakukan hal-hal yang negatif, tentu mudah baginya memperloh kesengsaraan. Jika halnya demikian, maka upaya mendapatkan kebahagiaan juga harus melibatkan upaya memelihara jiwa. Hanya jiwa yang baiklah yang mampu menghantarkan pemiliknya memperoleh kebahagiaan. Dalam kaitan jiwa ini, Abu Hamid al-Ghazali menyatakan, bahwa jiwa manusia itu memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan ilmu dan amal. Kekuatan jiwa yang bersumberkan dari ilmu terbagai menjadi dua yaitu melalui pengenalan dan pekerjaan. Kekuatan jiwa yang dibimbing dengan ilmu mampu mengenal bahwa Allah itu satu. Yang kedua adalah pekerjaan yang didasarkan pada ilmu juga mampu mengetahui hal yang benar, seperti seseorang mengetahui perbuatan zdalim adalah hal yang jelek dan tidak Jika jiwa yang mendapatkan bimbingan ilmu itu mampu mengenal kebenaran, maka diapun akan mampu memperoleh kebahagiaan. Kebahagiaan yang sebenarnya adalah kebahagiaan yang bisa mendekatkan diri dengan Tuhan-Nya. Kebahagiaan yang kekal dalam kehidupan adalah kebahagiaan yang tidak merujuk pada kebahagiaan jasmani atau insani, tidak kepada diri hewani dan badan insan saja, ia bukanlah suatu keadaan mental semata-mata, atau perasaan yang mempunyai ujung pangkal dan bukan bersenang-senang karena hiburan. Kebahagiaan yang kekal di dunia melibatkan keyakinan kepada kebenaran terakhir dan pelaksanaan segala perbuatan yang sesuai dengan keyakinan itu. Keyakinan adalah suatu keadaan yang kekal dalam kesadaran yang menjadi fi trah kepada sesuatu yang kekal pada diri manusia, ia bersifat ruhani yang disebut qalbu. Itulah ketenangan, ketentraman dan keselamatan hati tma’ninah; ia adalah pengenalan ma’rifah dan pengenalan ini adalah 47 Hujatu al-Islam Abi Hamid al-Ghazali, Maqasidu al-Falasifah, al-Taba’ah al-Ula, 1420 H, Syed Muhammad Naquib Al-A! as, Makna Kebahagiaan Dan Pengalamanya Dalam Islam, hal. 42 26 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA Dari ketiga pendekatan sinonim tentang manusia di atas, secara sederhana dapat disimpulkan disini, bahwa al-Nâs memiliki makna yang cukup luas dari pada makna al-Insaan dan al-Basyar. Namun perbedaan makna dari sinonim tersebut tidak sampai merubah esensinya sebagai makhluq, semuanya masih mengacu pada manusia sebagai sebuah mikrokosmos, yang terdiri dari tubuh, jiwa dan ruh. Gagasan mengenai manusia sebagai mikrokosmos ini merupakan salah satu prinsip sains yang paling fondamental yang ditumbuhkan oleh Islam, khususnya sains Pandangan Islam tentang manusia memiliki konsekensi penting terhadap semangat yang denganya orang Islam mengkaji dan memperlakukan tubuh manusia. Islam memahami bagaimana tubuh manusia ditempatkan sesuai dengan hak dan kewajibanya. Islam sangat meperhatikan tentang kesehatan, kesejahteraan, kebaikan tubuh secara keseluruhan, bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk jiwa spiritual yang merupakan esensi riel manusia. Islam sangat memperhatikan kesehatan jiwa. Jiwa yang sehat hanya bisa terwujud pada tubuh yang tubuh dan jiwa akan membantu pemenuhan kesehatan spiritual. Jika tubuh dan jiwa teracam maka dapat dipastikan pemenuhan kebutuhan spiritual bisa terganggu. Jika manusia mengabaikan hak dan kebutuhan jiwa dan tubuh, maka dalam saat yang sama telah mengabaikan salah satu sebab terpenuhinya kebutuhan ruhani. Salah satu upaya memenuhi semua unsur yang diperlukan manusia sebagai mikrokosmos adalah perhatian dan menegemen yang memadai, sehingga hubungan yang integral antara jiwa, tubuh dan ruhani bisa tercapai. Terpenuhinya kesehatan jiwa, tubuh dan ruhani adalah prasyarat bagi terpenuhinya kebahagiaan hidup. Oleh karena itu ketiganya harus integrit dalam diri manusia dan tidak bisa dipisahkan. Memisahkannya sama halnya memisahakan 49 Osman Bakar, Tauhid & Sains Perspektifp Islam Tentang Agma dan Sains, Pustaka Hidayah, 2008, hal. 301 Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 27Vol. 4, No. 1, Juli 2019tauhid dengan manusia. Jika manusia terpisah dengan tauhid, maka kehancuran yang Tauhid dan IlmuDalam al-Qur’an, orang yang berilmu memiliki kedudukan yang sangat penting. Karena pentingnya sebuah ilmu, maka al-Qur’an membicarakan secara panjang lebar tentang ilmu. Salah satu ayat yang membicarakan tentang kedudukan ilmu itu juga bisa dilihat pada surat al-Fatihah. Menurut Fakhr al-Din al-Razi, seluruh ilmu itu sejatinya berada dalam empat kitab yaitu dalam al-Qur’an, yang ada di dalam al-Fatihah, ilmunya al-Fatihah berada dalam “Bismillahirrahmanirraim”, dan ilmunya bimilllahirrahmanirrahim berada di dalam huruf ba’ dalam bismillah. Yang dimaksud dengan seluruh ilmu itu adalah sampainya hamba kepada Tuhannya. Dan huruf ba’ yang ada pada bismillah merupakan huruf yang bisa menyampaikan seorang hamba kepada Dari pesan yang terkandung dalam huruf ba’ itu, seperti yang telah dijelaskan dimuka, memiliki maksud bahwa segala sesuatu itu mesti dimulai dengan atas nama Allah. Apabila suatu tindakan tidak diniati dengan bismillah maka tidak akan sampai pada tujuan karena nilai berkahnya kaitanya dengan pembahasan tentang tauhid dan hubunganya dengan ilmu ini, akan dicoba mendiskusikan; apa keutamaan orang-orang yang berilmu, kedudukan orang yang berilmu atau alim, bagaimana cara mencari ilmu, menyampaikan ilmu dan lain sebagainya. Disamping itu perlu juga melihat kemungkinan untuk mencoba bagaimana hubungan antara tauhid dan ilmu itu bisa harmonis dalam alam pikiran manusia sehingga mampu menjadi sebuah paradigma ilmu baru yang bisa berfungsi menyelesaikan problem kekinian. Cukup banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menerangkan tentang pentingnya ilmu. Setidaknya tidak kurang dari 80 50 Arrazi al-Syafi ’i, al-Tafsir al-Kabir au Fatihu al-Ghaib, hal. 88 28 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA tempat atau ayat dalam al-Qur’an yang membicarakan tentang ilmu. Karena pentingya arti sebuah ilmu, maka surat yang pertama kali turun adalah surat tentang belajar mencari ilmu, Al-Alaq 96 1-5. “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengaan perantara kalam tulis baca. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Ayat ini menginstruksikan kepada seluruh ummat manusia agar selalu belajar dan belajar. Dengan belajar dan membaca manusia akan mengetahui segala sesuatu termasuk mengenal Tuhan-Nya. Mengenal Tuhan adalah salah satu misi diperintahkannya manusia belajar. Diperintahkannya manusia belajar, semata agar mampu memperbaiki segala kekuranganya, memperbaiki kinerjanya, memperbaiki ibadahnya, memperbaiki kualitas hidupnya dan lain sebagainya. Hal yang demikian karena memang sangat berbeda cara mengetahui dan mengenal Tuhan-Nya, bagi orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Hal ini dipertegas dengan Al-Zumar 39 9, “...Katakanlah “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” Perbedaan bagi orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu jelas sangat tampak dalam cara mereka bersikap dan berbuat. Itulah sebabnya mengapa Allah mengangkat derajat bagi mereka yang berilmu. Mereka yang berilmu lebih memahami, mengetahui sekaligus mengerti manfaat dari apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Hal yang demikian ditegaskan kembali dalam An-Nisa 4 162, “Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu Al Quran, dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 29Vol. 4, No. 1, Juli 2019yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” Allah tidak saja mengangkat orang yang berilmu, tetapi juga memberi pahala yang besar buat mereka yang berilmu. Allah memberi pahala yang besar buat mereka, karena mereka melaksanakan segala sesuatu pekerjaan berdasarkan ilmu yang dimilikinya; dengan ilmunya mereka beriman, dengan ilmunya shalat, dengan ilmunya zakat dan lainya. Berbeda dengan orang-orang yang memiliki ilmu tetapi tidak mempercayai adanya Tuhan atau tidak beriman, maka orang yang seperti itu tidak memberikan manfaat buat dirinya dan orang lain, bahkan tidak jarang orang seperti itu bisa menggangu orang lain dan merusak alam sekilingnya. Bagi mereka alam disediakan untuk dikelola manusia, sehingga karenanya bisa berbuat apa saja untuk kepentinganya. Itulah kondisi budaya masyarakat Barat yang mengekploitasi alam dengan sesuka hatinya. Budaya ekploitasi alam dengan cara seperti itu semata dipengaruhi oleh cara pandang mereka terhadap alam itu sendiri. Mereka berpandangan bahwa bagaimana manusia itu bisa mengambil manfaat darinya. Seperti dikatakatan Hasan Hanafi , bahwa alam diciptakan untuk dimanfaatkan Tipe-tipe orang seperti itu, tentu bukannya semakin dekat dengan tuahn-Nya, tetapi justru semakin jauh dari kebenaran, padahal sejatinya ilmu itu untuk mendekatkan diri pada kebenaran dan meni’mati kebenaran. Potret manusia seperti itu sama seperti yang dilukiskan dalam al-Qur’an, Ali Imran 3 23 “Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang Yahudi yang telah diberi bahagian yaitu Al Kitab Taurat, mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum diantara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi kebenaran.” Orang-orang yang seperti itu tidak berusaha mendekatkan 51 Lihat Hasan Hanafi , Islamologi 3 Dari Teosentrisme ke Antroposentrisme, LKiS, 2004, hal. 69 30 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA diri pada kebenaran tetapi justru berpaling dari kebenaran. Mendekatkan diri pada kebenaran bagi mereka merupakan persoalan yang sama dengan mendekatkan diri pada Tuhan. Oleh karena mereka berusaha menjauhkan diri dari hal-hal yang berbau agama, maka mereka tidak bisa mendapatkan kebenaran yang muktamad. Sebagai akibat dari cara pandang seperti itu, mereka pun kemudian menaklukkan alam sesuai dengan kehendaknya. Pola pandang seperti ini, tentu tidak berbeda dari pandangan humanis yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan manusia. Berbeda dengan pola pandang Islam yang mengajarkan, bahwa alam diciptakan sebagai panggung bagi manusia, sebuah lapangan tempat tumbuh dan berkembang menikmati anugerah-Nya dan melakukan hal itu secara etis berharga52, sebagai manifestasi cinta kepada-Nya. Islam mengajarakan kepada manusia agar ilmu yang dimilikinya membawa keramahan terhadap alam semesta. Islam mengajarkan bagi yang berilmu menjadikan ilmunya itu sebagai instrumen mengenal dengan kebenaran. Islam mengajarkan, bahwa dengan ilmu manusia bisa melakukan perbuatan yang baik dan menjauhkan diri dari yang mungkar. Semakin berilmu seseorang, maka mestinya semakin bisa ramah terhadap alam, dekat dengan kebenaran, mudah melakukan kebajikan, jauh dari maksiat dan lain sebagainya yang berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sesuai fi trahnya adalah makhluq yang bertauhid; mengakui keesaan Tuhan dan mengabdi kepada-Nya. Pengabdian tersebut bukanlah suatu kebetulan, melainkan itulah tujuan diciptakan manusia. Namun dalam perjalanannya kebanyakan manusia mulai lupa tauhid bahkan tidak lagi menyakini tauhid itu penting hingga tidak lagi mengabdi 52 Lihat Al-Faruqi, Tauhid, Pustaka, 1988. hal. 58.; Lihat QS, Al-Baqarah, 229, Al-Mulk, 672. Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 31Vol. 4, No. 1, Juli 2019kepada-Nya. Itulah sebabnya mengapa para utusan Allah itu di tugaskan menyampaikan misinya mengajak mereka kembali kepada tauhid. Cukup banyak surat dan ayat al-Qur’an yang menjelaskan pentingya tauhid, termasuk didalamnya surat al-Fatihah. Tauhid yang terdapat dalam surat al-Fatihah sangat komprehensif, karena mencakup tauhid rubûbiyah, ulûhiyah dan al-asmâ’ wa al-shifât. Bahkah al-Fatihah sebagai salah satu surat dalam al-Qur’an, tidak saja mengandung konsep tauhid, tetapi juga mengandung makna seluruh isi al-Qur’an. Komprehensifi tas tauhid dalam surat al-Fatihah itu bisa dilihat misalnya pada ayat pertama “Bismillâhirrahmânirrahîm”. Ayat ini merupakan nama dari nama-nama Allah yang mengandung seluruh isi al-Qur’an. Ayat tersebut juga menjelaskan pentingnya segala sesuatu itu dimulai dengan tauhid, yaitu dengan menyebut nama Allah. Suatu pekerjaan jika tidak dimulai dengan bismillâh maka akan terputus dan bahkan tidak memiliki nilai berkah. Keselamatan dan kebahagiaan hidup tidak akan dapat diraih bagi orang yang buta tauhid seperti yang terjadi di Barat. Dalam tradisi masyarakat Barat, jika terjadi persoalan yang rumit diantara mereka, maka mereka mudah sekali saling baku hantam yang tidak ada penyelesaianya. Mereka sering mendapatkan suatu kondisi yang buntu dan tidak mendapatkan jalan keluarnya. Maka tidak mengherankan jika di Barat terjadi apa yang disebut dengan sebagai generation gap. Berbeda jauh dari pribadi yang mampu mengitegrasikan ilmu dan tauhid serta mengamalkan dalam keseharianya. Mereka mampu mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Itulah sebabnya mengapa al-Qur’an dan al-Hadis menyeru agar senantiasa manusia itu berilmu. Bahkan Allah secara khusus mengangkat derajat bagi mereka yang berilmu. Dengan ilmu manusia memahami arti dan pentingnya tauhid, dan dengan ilmu pula seseorang mengetahui fi trahnya yang bertauhid. 32 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA Jika seseorang telah sampai pada tingkat keimanan yang tinggi, maka dia akan mampu tampil menjadi sosok pribadi yang shaleh. Pribadi yang menajubkan, mempesona dan memiliki daya pikat yang tinggi. Tidak saja bisa bermanfaat bagi dirinya, tetapi juga bisa dirasakan oleh orang lain. Perumpamaan orang shaleh itu, seperti pohon yang menjulang tinggi kelangit biru sementara akarnya menghujam ke dalam tanah. Pohon yang seperti itu mampu memberikan manfaat yang besar bagi siapapun yang berada disekitarnya, mampu menjadi tempat berteduh bagi yang membutuhkanya. Itulah gambaran pribadi bertauhid, pribadi yang bermanfaat bagi orang banyak, pribadi yang beriman, berilmu yang mampu mengamalkannya dengan baik dan benar sehingga memperoleh kebahagian hidup. Dan itulah sesungguhnya gambaran sebaik-baik manusia yang memiliki peradaban tinggi yang menjadi harapan ummat. Wallahu PustakaAl-Qur’an dan Terjemahanya, Madinah Munawarah, Digital versi Tauhid, Jumadil Akhir 1425,Agustus 2004, Website h! p// E-mail info Hanifah Nukman ibn Stabit al-Kufi , Imam al-Adzam, Al-Fiqhu al-Akbar, Darul al-Ma’arif al-Nidzamiyah, 1342 Mansur Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi al-Samarqandi, Imam Ilmu al-Hady, Kitabu al-Tauhid, Haqaqahu Fathullah Khalaf, Istanbul Turki al-Maktabah al-Islamiyah, Yazid al-Ajami, Abu al-Yazid, al-Aqidah al-Islamiyah Inda al-Fuqaha al-Arba’ah, Darussalam, Abu Hasan Ali ibn Isma’il ibn Abdillah ibn Abi Hasan, al-Ibanah an-Ushuli al-Diyanah, Bairut-Libanon Daaru Ibn Zaidun, ! . Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 33Vol. 4, No. 1, Juli 2019____, Syaikhu Ahli Sunah wa al-Jama’ah Imam Abu Hasan Ali Ibn Ismil, Maqalat al-Islamiyin wa Ikhtilafu al-Mushalin, Haqqahu Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Jus 1-2, Mesir Maktabah al-Nahdzah al-Misriyah, as, Syed Muhammad Naquib, Ma’na Kebahagiaan Dan Pengalamannya Dalam Islam, Kuala Lumpur ISTAC, Syed Muhammad Naquib, Risalah untuk Kaum Muslimin, Kuala Lumpur ISTAC, 2001. ____, Syed Muhammad Naquib Prolegomena To The Metaphysics of Islam An exposition of The Fundamental Elements of The World View of Islam, Kuala Lumpur ISTAC, al-Sabuni, Muhammad, Tafsir Ayat al-Ahkam, Jilid I, Baerut Daru al-Kutub al-Ilmiyah, 2004. ____, Muhammad, Shafatu al-Tafasir, Jilid I, Daru al-Sabuni, Imam, Ala Jauhari Tauhid, Haqaqahu Dr. Ali Jum’ah Muhammad al-Syafi i, Darussalam, Edisi V, Abu Abd Allah, Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah, Shahih al-Bukhari, Mauqiu Wuzaraai al-Misriyah, h! p// bab. Al-Faklu, Jus, Abu Abd Allah, Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah al-Bukhari Abu Abd Allah, Shahih al-Bukhari, Mauqiu Wuzaraai al-Misriyah, h! p// bab. Al-Juhru Biqira’ati Shalat, Jus, Abu Abdillah, Muhammad ibn Isma’il ibn ibrahim ibn Al-Mughirah, Shahih Bukhari, Mauqiu Wuzaraa’i al-Auqaf al-Misriyah, h! p// al-Muhadis Inda al-Qabri, Jus, Abu Abdillah, Muhammad ibn Isma’il ibn Ibrhaim ibn al-Mughirah, Shahih Bukhari, Mauqiu Wuzaraai al-Auqaf al-Misriyah, h! p// Bab. Tauhid, Juz 24. Al-Razi, Fakhr al-Din, al-Tafsir al-Kabir au Fatihu al-Ghaib, al-Mujalad 1-2, Bairut Darul al-Qutub al-Ilmiyah, Isma’il Raji, Tauhid, Pustaka, 1988. 34 Jarman ArroisiJurnal STUDIA QURANIKA Al-Ghazali, Abu Hamid, al-Iqtishad fi al-i’tiqad, Tahqiq Fadhilatu al-Syaikh Mustafa Abu al-Aala, Mesir Maktabah al-Jundi, 1518. Abu Hamid Hujatu al-Islam, Maqasidu al-Falasifah, al-Taba’ah al-Ula, 1420 al-Syahrastani, Abi al-Fa! ah Muhammad Abdul al-Karim Ibn Abi bakar, al-Milal wa al-Nihal, Tahqiq Abdul al-Aziz Muhammad al-Wakil, Lebanon Darul al-Fikr, ! . Ahmad Marzuqi, Al-Syayid, Aqidah al-Awam, Surabaya Maktabah Muhammad Ibn Ahmad Nabhan wa Aulaaduhu, ! .Arief, Syamsuddin, Pemikiran Barat Modern Dari Renaissans hingga Postmodernisme, makalah disampaikan pada pembekalan PKU IV, ISID, 01/02/2011. Al-Ulyani, Dr. Ali Ibn Nafi ,’ Hakekat al-Tauhid wa al-Farqu Baina al-Rububiyah wa al-Uluhiyah, Riyad al-Thaba’ah al-Ula, 1998. Ahmad ibn Muhammad ibn Hambali ibn Halali ibn Asad al-Syaibani al-Fakih wa al-Muhadis Shahibu al-Mazdhab, Abu Abdillah, Musnad Ahmad, Mauqiu Wuzarai al-Auqaf al-Misriyah, h! p// Juz 48, Bab. Hadis Abi Amamah al-Bahi, No. 22818. Al-Thabari, Muhammad ibn Jarir ibn Yazid ibn Kastir ibn Ghalib al-Amly Jami’u al-Bayan Fi Ta’wili al-Qur’an, al-Muhakak Ahmad Muhammad Sakir, al-Thaba’ah al-Ulla, Mauqiu Majma’ al-Muluk Fahad Li al-Thaba’a al-Syarif, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta Gramedia Pustaka utama, Osman, Tauhid & Sains Perspektifp Islam Tentang Agma dan Sains, Tangerang Pustaka Hidayah, al-Baijuri, Syaikh Islam al-Syaikh, Bitahqid al-Maqam Ala Qifayati al-Awam, Semarang Maktabah wa-Taba’ah Karya Taha Putra, ! .Ibn Katsir al-Qurtubi al-Dimasqi, Imam al-Jalil al-Hafi dz Imaduddin Abi al-Fida Ismail, Tafsir al-Qur’an al-Azdim, Jilid I, Riyadh Darussalam, 1998. Tauhid dalam Surat Al-Fatihah 35Vol. 4, No. 1, Juli 2019Ibrahim al-Tuwairiji, Syaikh Muhammad ibn, Mukhtasyar Fikih Islami, diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Eko Hariyanto Abu Ziyad & Muhammad Latif, Lc, ISLAMOBIA, Zarkasyi, Hamid, Pandangan Hidup, Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Islam, makalah disampaikan pada workshop Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan di Sekolah Tinggi Lukman ul Hakim, Hidayatullah Surabaya, 12-13 Agustus Membangun Peradaban Dengan Ilmu, Kalam Indonesia, Depok Kampus UI, Pandangan Hidup sebagai Asas Epistimologis Islam, Kumpulan Materi Kuliah Worldview Islam, Program Pasca Sarjana ISID, Zarkasyi, Amal, Konsep Tauhid Ibn Tayimiyah & Pengaruhnya di Indonesia, Darussalam, , Hasan, Islamologi 3 Dari Teosentrisme ke Antroposentrisme, LKiS, Jean, dalam Bringuier, 1980 hlm. 110., Dalam Wikipedia, Valmband, Arthachristianti. Woedpress. Com, Pembebalajaran Guru, di unggah, pada tanggal 14 Maret Sayid Ahmad, Syarkh Aqidah al-Imam al-Ghazali, Tahqiq Muhammad Abdul al-Qadir Nasar, Taba’ah Ula, Mesir Jami’atu al-Zahar, Tafsir al-Misbah, VolI, Tangerang Lentera Hati, Ibn, Majmuat al-Fatawa, Haqaqahu Farid Abdu al-Aziz al-Hasani, Jilid I, Darul al-Hadis al-Qahirah, 2006. Agung SetiyawanMoh. Ainin Uril BahruddinAhmad Arifin B. SaparSurah Al-Fatikhah is very important to understand, because this surah is the main surah in the Qur’an which contains several hidden meanings that need to be understood by every Muslim. Surah Al-Fatikhah must be read in every prayer, but several people do not understand its meaning. This paper aimed to reveal the secrets of sentence phrases in the Surah Al-Fatikhah. The research data were obtained from several classical books tafsir and several journal articles discussing Surah Al-Fatikhah. The results showed that Surah Al-Fatikhah contains an implicit message which is reflected in 3 main points, namely 1 the sentence, such as deleting alif in the bismillah sentence, the use of "al" in the word Hamdu’ and Alamin’ 2 the word choice, such as the use of the word al-Rahman, al-Rahim, Rabb al-'Alamin, Malik, Yaum al-din , al-Sirat, al-Mustaqim, al-Magdub, and al-Dallin and 3 sentence structure such as a statement in the form of a sentence with the intention of the command used in the sentence al-Hamdu lillahi Rabbil Alamin, especially an objective in the expression of “Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta’in” as in the study of Balagah chapter al-Qasr in Ma'ani, and equating the word “al-Sirat al-Mustaqim” with al-Din al-Ḥaq as in the study of Balagah chapter al-Majaz in Bayan. Therefore, through this research, by understanding the meaning of the message contained in the Surah Al-Fatikhah, it would hopefully help a Muslim become more motivated in performing Digital versi Tauhid, Jumadil Akhir 1425,Agustus 2004, Website hĴ p// E-mail info Prolegomena To The Metaphysics of Islam An exposition of The Fundamental Elements of The World View of IslamSyed Muhammad____, Syed Muhammad Naquib Prolegomena To The Metaphysics of Islam An exposition of The Fundamental Elements of The World View of Islam, Kuala Lumpur ISTAC, ibn Isma'il ibn Ibrhaim ibn alMughirahAbu Abdillah____, Abu Abdillah, Muhammad ibn Isma'il ibn Ibrhaim ibn alMughirah, Shahih Bukhari, Mauqiu Wuzaraai al-Auqaf alMisriyah, hh p// Bab. Tauhid, Juz Barat Modern Dari Renaissans hingga Postmodernisme, makalah disampaikan pada pembekalan PKU IVSyamsuddin AriefArief, Syamsuddin, Pemikiran Barat Modern Dari Renaissans hingga Postmodernisme, makalah disampaikan pada pembekalan PKU IV, ISID, 01/02/ Pengetahuan dan Pendidikan Islam, makalah disampaikan pada workshop Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan di Sekolah Tinggi Lukman ul HakimFahmi ZarkasyiPandangan HamidHidupFahmi Zarkasyi, Hamid, Pandangan Hidup, Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Islam, makalah disampaikan pada workshop Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan di Sekolah Tinggi Lukman ul Hakim, Hidayatullah Surabaya, 12-13 Agustus 3 Dari Teosentrisme ke Antroposentrisme, LKiSHasan HanafiHanafi, Hasan, Islamologi 3 Dari Teosentrisme ke Antroposentrisme, LKiS, 2004. Peaget, Jean, dalam Bringuier, 1980 hlm. 110., Dalam
ASMAAL FATTAH UNTUK MEMBUKA PINTU RAHMAT & SEGALA HIJAB Tuhan memang telah mengkaruniai berbagai potensi dalam diri setiap manusia. Seperti akal pikiran, hati nurani, anggota badan yang sempurna. Namun meski setiap orang telah dibekali dengan semua itu, tapi ternyata tidak setiap orang bisa memanfaatkan potensi dirinya dengan baik dan maksimal. Pendidikan pada intinya berada pada hubungan pendidik dan peserta didik. Apabila dua personal ini tidak ada, pendidikan hampir dapat dikatakan tidak ada. Namun lebih lengkapnya, sejatinya pendidikan membutuhkan komponen lain seperti kurikulum, sarana prasana, dan lingkungan. Hubungan keduanya menjadi penguat dalam pengembangan pengetahuan. Begitu pula, pada sisi perilaku dan keterampilan. Keduanya adalah makhluk Tuhan yang menapaki jalan kehidupan untuk mengimplementasikan tugas kekhalifahan. Pendidikan dalam kaitan ini menjadi wujud untuk menjalankan misi ketuhanan dalam memakmurkan bumi. Guru sebagai pendidik dan murid sebagai peserta didik seolah berada dalam panorama indah menjamah pengetahuan dalam nuansa titah yang mulia. Guru dan murid menjadi mulia. Keduanya mendapatkan porsi terhormat karena terus menerus menapaki petunjuk untuk kemaslahatan hidup. Guru dan murid menggunakan potensi yang diberikan oleh-Nya. Akal diarahkan untuk meraih ilmu. Hati diarahkan untuk berperilaku mulia. Anggota badan diarahkan untuk keterampilan. Keduanya memanfaatkan dan mengerahkan potensi yang diberikan oleh-Nya. Seolah, mereka sedang memuji Allah Swt yang telah memberikan anugerah yang luar biasa. Bisakah pendidikan itu memuji diri-Nya? Alhamdulillahi, Pujian Hanya Milik-Nya Sering kali kita mengucapkan alhamdulillahi rabbil alamin. Minimal, kita mengucapkan sebanyak 17 kali dalam salat sehari semalam. Lantunan kalimat ini bukan sekedar rukun dalam salat. Ia sejatinya menjadi pendorong kesadaran pada pembacanya. Pujian hanya milik-Nya. Sebagai manusia, biasanya kita memuji pada orang yang memberikan kebaikan atau memiliki keutamaan. Tak biasanya, rasanya bila kita memuji pada orang yang menghina atau berbuat buruk. Pujian itu positif, bukan berasal dari yang negatif. Pujian pasti diarahkan secara positif pada orang yang berbuat baik, bukan sebaliknya. Kalimat ini berada pada QS al-Fatihah. Ia disebut setelah ayat basmalah, bismillahir rahmanir rahim. Sebuah ayat yang menunjukkan bahwa Allah Swt Maha Penyayang dan Maha Pengasih. Dia telah memberikan kebaikan pada seluruh makhluk-Nya. Kebaikan pasti mendatangkan pujian. Allah Swt memberikan kebaikan dan memiliki kesempurnaan, sehingga yang pantas dipuji hanya diri-Nya. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam” al-Fatihah2 Dalam Tafsir Kemenag 2019 disebutkan bahwa ada ayat ini Allah Swt mengajarkan kepada hamba-Nya agar selalu memuji-Nya. Sebab, al-hamdu artinya pujian, karena kebaikan yang diberikan oleh yang dipuji, atau karena suatu sifat keutamaan yang dimilikinya. Semua nikmat yang telah dirasakan dan didapat di alam ini dari-Nya, sebab Dialah yang menjadi sumber bagi semua nikmat. Hanya Allah Swt yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Karena itu Allah Swt sajalah yang berhak dipuji. Muslim yang sadar pasti akan mendorong hatinya untuk memuji diri-Nya. Bukan hanya ucapan, yang itu menunjukkan pujian kepada-Nya. Tapi kesadaran dan perilaku akan indah bila dikaitkan sebagai pujian kepada-Nya. Sikap yang baik dan perilaku yang mulia menjadi cermin pujian karena mewujudkan sesuatu sesuai dengan arah kebaikan-Nya. Perilaku mulia ini dapat terwujud apabila manusia menyadari sebagai khalifah di muka bumi. Pendidikan sangat berperan penting dalam hal ini. Sejatinya memuji Allah Swt menjadi arah pendidikan. Pendidikan mengajarkan, memahamkan, dan mendorong kesadaran untuk berbuat baik, layaknya Allah Swt yang telah memberikan contoh pada ayat-Nya. Pujian kepada-Nya dicirikan dengan penggunanaan potensi yang dikembangkan. Karena, tidak ada satu pun di alam ini yang dapat menciptakan akal, jasad, konasi, dan jiwa kecuali Yang Maha Menciptakan. Pendidikan, guru, dan murid bukan hanya berkisar pada mengajarkan pujian. Ia pun menjadi pusat kesadaran dalam rangkaian pujian kepada-Nya. Sentuh dengan Pujian Murid atau anak akan terus menciptakan produk pemikiran dan perilaku baik, apabila ia dipuji. Setiap hasil belajar layak untuk dipuji. Bukan hanya berkisar nilai angka, namun penumbuhan penghargaan yang positif kepada mereka mendorongnya untuk terus berkembang. Memuji mereka di saat yang tepat sesuai pencapaian akan menumbuhkan semangat untuk membangun diri. Diri yang terbangun positif akan menciptakan peradaban. Sebagaimana, ajaran ayat di atas pujian pada-Nya yang telah mengatur dan mendidik رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ. Guru yang merasakan sisi ketuhanan selayaknya menerapkan pujian untuk meningkatkan semangat membangun. Alam yang diciptakan, kemudian diatur sedemikian rupa oleh-Nya. Frase ini mengajarkan penciptaan, pengaturan, dan pendidikan terhadap kompetensi perlu diupayakan terus menerus untuk menciptakan generasi yang handal. Memuji diri-Nya melalui penciptaan pujian pada murid sebagai makhluk-Nya. Menyentuh hati mereka dengan pujian sejatinya berada dalam medan makna memuji-Nya. Berbeda dengan murka, yang akan menyeret manusia pada kenistaan. Terkecuali bagi mereka yang menyesalinya dan penuh kesadaran untuk berbuat baik. Dari sisi ini, pembaca ayat di atas, terlebih guru akan lebih tersadarkan bahwa pujian lebih berdampak hebat pada perkembangan dibandingkan dengan hukuman. Mungkin ada benarnya, law of effect dari pemikiran Behaviorisme, dalam pujian akan mengembangkan kapasitas insan terdidik untuk mencapai kebaikan dan pencapaian positif. Terlebih, al-Qur’an sudah mengisyaratkan bagi dunia pendidikan sesuai dengan ayat tersebut. Wallahu A’lam. Editor An-Najmi Suratal-Fatihah, awal surat dalam al-Qur'an itu ternyata menyiratkan perintah untuk belajar sejarah. Mungkin banyak yang tidak sadar, walau setiap hari setiap muslim pasti mengucapkannya. Tidak sekali bahkan. Tetapi banyak yang tidak menyadari sebagaimana banyak yang tidak mempunyai kesadaran untuk membaca, mengkaji, mendalami sejarah Islam.
Sebenarnya Sukma sejati, sukma jati, guru sejati atau guru murshid sama saja…cuma sebutannya saja yang berbeda…..ada juga yang menyebutnya dengan Nur Muhammad yang disebut Ruh idhlafi yang merupakan Hakikat Sukma dan ini merupakan kehendak dari Dzat Yang Maha Suci. Nur Muhammad adalah hakikat sukma yang diakui keadaan Dzat dan merupakan perbuatan Atma dan menjadi Wahana dalam Alam Arwah Martabat 7 dan dari Nur Muhammad inilah yang menimbulkan Unsur-unsur Kehidupan yang menjadi Asal muasal Kehidupan. Sukma sejati adanya pada kedalaman pribadi yang di pegang oleh Sang Pribadi…..melalui proses pengenalan diri sendiri maka muncullah cermin memalukan yang memberikan kenyataan kesadaran bahwa kotornya diri kita dan melalui proses selanjutnya maka kita bisa mulai mencari dan menemukan Sang Sukma sejati atau Adam Makna ……sama saja. Dan dalam proses menemukan yang di butuhkan adalah totalitas Kesadaran, Keikhlasan, Ketulusan dan Kebulatan Tekad hanya untuk MencintaiNya seutuhnya ……tanpa ketakutan akan neraka atau keinginan akan sorga….yang ada hanya Dia. Kadang ada yang menyamakan antara sukma sejati dengan saudara 4 …ini sesuatu yang berbeda walaupun asalnya memang dari perbendaharaan saudara 4 tetapi yang sudah di sempurnakan atau di tundukkan oleh Sang Penguasa Sukma. Kalo pengisian secara instant mengenai sukma sejati, mungkin ini bukan sukma sejati tetapi di sebut punden sari atau saudara 4, dan ini adalah tahap awalnya saja, karena untuk menemukan Penguasa Sukma sukma sejati melalui proses dan halangan yang cukup sulit, apalagi kalo dalam hidup kita masih sering tergoda kehendak jasad. Dan sebetulnya bukan diisi, tetapi dibukakan pintunya melalui cakra-cakra yang berada tubuh kita sehingga bisa membangkitkan daya alam bawah sadar kita dan memungkinkan diri kita melakukan sesuatu di luar nalar. Kadang ada yang menyamakan antara sukma sejati dengan saudara 4 …ini sesuatu yang berbeda walaupun asalnya memang dari perbendaharaan saudara 4 tetapi yang sudah di sempurnakan atau di tundukkan oleh Sang Penguasa Sukma. Kalo pengisian secara instant mengenai sukma sejati, mungkin ini bukan sukma sejati tetapi di sebut punden sari atau saudara 4, dan ini adalah tahap awalnya saja, karena untuk menemukan Penguasa Sukma sukma sejati melalui proses dan halangan yang cukup sulit, apalagi kalo dalam hidup kita masih sering tergoda kehendak jasad. Dan sebetulnya bukan diisi, tetapi dibukakan pintunya melalui cakra-cakra yang berada tubuh kita sehingga bisa membangkitkan daya alam bawah sadar kita dan memungkinkan diri kita melakukan sesuatu di luar nalar. Kenapa saya sebut sebuah perjalanan. Karena ini semua harus kita jalani sendiri, dengan mulai dari sebuah keraguan, pencarian, penemuan, pemahaman, kesadaran dan penyatuan…..dalam sebuah cinta kasih yang tulus, dengan pengorbanan yang tak terkira untuk sampai kesana…untuk sampai ke pantai dan melihat samudera…untuk melihat dimana semua sungai bermuara kembali . Seperti Bima bertemu Dewa Ruci. Bagaimana pertama kali kita akan dihadang oleh nafsu 4 perkara…..mula-mula sinar lutam, sinar merah, sinar kuning, sinar putih. Berakhirnya perjalanan ….Pada zaman karamatullah kelak, waktunya maqamijabah, yakni terkabulnya segala sesuatu, segala apa yang dikehendaki terlaksana, karena lenyapnya Mutdah yang merupakan Dzat hamba, tinggallah Wajah yaitu Dzat Tuhan yang bersifat kekal. Menuju cinta sejati …..adalah sebuah perjalanan yang penuh pengorbanan, saat hidup di kuasai rahsa maka nafsu menguasai jiwa, dan kita tidak akan mendapatkan atau menemukan apa-apa semuanya hanya semua, tidak abadi dan kekal. Betul sekali bahwa ortu, anak istri…dan semua yang kita dengar, lihat, rasa, endus…semuanya hanyalah pinjaman dan akhirnya toh harus kembali ke asal….itulah yang dinamakan Kesadaran… Jalan bertemu suksma sejati……adalah dengan menemukan Kesadaran dengan membersihkan jiwa, mengendalikan nafsu 4 menembus 3 cahaya akhir … pertama ; ikhlas, kedua ; rela pada hukum kepastian Allah, ketiga ; agar merasa tidak memiliki apa-apa, keempat ; harap berserah diri pada kehendak Allah Taala …. tidak ada yg menyerupainya ….kecuali anda tahu tempatnya, disinilah kadang di perlukan pembimbing…karena kadang banyak yang serupa atau menyerupai…tapi bukanlah yg sebenarnya. Dalam Kehidupan ini faktor yang sering dilupakan kita sebagai manusia yang kadang mentang-mentang sebagai khalifah pemimpin dan merupakan Tajali perwujudan dari Sang Maha Sempurna, adalah dari mana kita ” berasal ” dan bagaimana kita ” kembali ke asal “. Sehingga kadang kita melupakan bahwa bahwa kita terdiri dari 2 bagian…..yaitu yg bernama “Jasad” raga dan “Ruh” jiwa ……dan dalam menempuh hidup dan kehidupan, biasanya kita lebih banyak termakan dogma dari sebuah kehidupan yang mengandalkan atau menampilkan baju dari masing-masing sehingga hakikat atau makna dari dalam bajunya jarang tersentuh. Bagaimana Jasad atau raga itu adalah sebagai baju dari Ruh atau jiwa….jiwa menemukan raga begitu di dunia…..dahulu disana tiadalah memerlukan baju atau apapun, raga memerlukan makanan, minuman dan kebutuhan lainnya untuk bertahan di dunia, sedangkan jiwa merindukan tempatnya yang dahulu, dimana tidak memerlukan apapun di alam adam makdum….. Bagaimana sebuah raga begitu memerlukan perjuangan untuk bertahan hidup di dunia sehingga akhirnya kadang berbenturan dengan keinginan ruh yang tidak merindukan apa-apa, tetapi ruh tanpa raga adalah bukan siapa-siapa karena Keagungan Perwujudan Dzatullah tidak akan terlihat. Demi menjaga keseimbangan haruslah kita mempertimbangkan tentang keduanya…… bagaimana begitu kita berwujud sudah berbekal 4 nafsu inti, lawwammah, amarah, sufian dan muthmainah, yg apabila bicara seharusnya……harusnya adalah kita harus mematikan dalam wacana mematikan nafsu 4 perkara Mati nafsunya, setiap nafsu akan merasakan maut. Mati rohnya, maksudnya yang hilang rahsanya. Mati ilmunya, maksudnya yang mati atau yang berjurang imannya. Mati hatinya, maksudnya yang mati ucapannya dengan lisan. Dan yang melandasi hukumnya adalah ; Jalan untuk kesempurnaan Pati itu adalah Hidayatullah yang menandakan tempat yang telah diatur, serta hakikat hidup yang berada pada manusia. Kedudukan Pati petunjuk Allah taala, selamat dalam keadaan jati maksudnya bijaksana terhadap kesempurnaan sangkan paran. Bertemunya Pati itu tawakal maksudnya berserah diri kepada Allah taala, adapun bertemunya apti itu iradat Allah. Perkara Pati perbuatan Allah maksudnya merapakan kesempurnaan Dza yang bersifat Esa. Janganlah kita terpaku pada sebuah nama atau sebutan…..karena pasti akan menimbulkan perbedaan bahkan kekacauan dan berujung kehancuran. Dalam khasanah jawa disebut sukma sejati dan sejatining sukma, dalam khasanah islam disebut ruh idhafi atau nur muhammad atau ruh al quds ruh suci , dalam nasrani di sebut ruh kudus, dalam hindhu atma. Dalam perjalanannya kenapa disebut guru sejati atau guru mushid…..adalah pada saat kita mencari sesuatu yang murni atau sejati, abadi…..bahwa kita harus menyadari bahwa DzatNya ada pada sifat hidup kita dan yang pantas kita jadikan guru adalah hanya itu…..bukan yang lain yang sama dengan kita yang akan menjadi tanah lagi atau bahkan dari bangsa dilura manusia. Dalam khasanah yang berbeda keberadaan sukma sejati tidak bisa dilepaskan dari asal mula Tuhan menciptakan Ruh suci ini dalam bentuk makhluk untuk meneruskan penzhahiran yang [paling sempurna dalam peringkat Alam Ketuhanan Dzat Yang Maha Tinggi. Dan Tuhan menhendaki ruh itu turun ke alam fana ini di peringkat paling rendah, yaitu alam Ajsam alam kokret …..yang tujuan utamanya adalah untuk memberi pelajaran kepada Ruh suci itu dan untuk mengetahui pengalamannya dalam mencari jalan kembali kepada Tuhan. Dan dalam perjalanannya …dari tingkatyang paling tinggi sampai ke tingkat paling rendah , ruh suci menempuh berbagai alam atau peringkat….mulai dari semula turun ke peringkat Akal Semesta atau Kesatuan atau Hakikat Muhammad. Dan Ruh suci ini dihantarkan ke tempat yang paling rendah agar ia mencari jalan ke asalnya yaitu berpadu atau berdampingan denagn Tuhan seperti ketika ia berada dalam pakaian daging, darah, dan tulang itu. Melalui hati yang ada dalam badan kasar ini, wajar bila ia menanam benih rasa kesatuan dan keesaan, dan ia akan berusaha menyuburkan rasa berpadu dan berdampingan dengan Tuhan yang menciptakannya. Dalam bumi hati itu ruh suci menanam benih keyakinan yang telah dibekalkan kepadanya oleh Tuhan dari alam Maha Tinggi dan benih itu diharapkan menjadi pokok keyakinan yang akan menghasilkan buah-buahan yang rasanya kelak akan membawa Ruh itu kembali naikke tingkat demi tingkat hingga sampai ke hadirat Tuhan. Penciptaan badan agar sukma sejati ruh dapat masuk dan menetap didalamnya, dan setiap ruh mempunyai nama tersendiri, dan Tuhan menyusun ruang-ruang dalam badan dan meletakkan ruh manusia diantara daging dan darah, dan meletakkan ruh suci ditengah hati manusia suatu ruang yang indah dan halus untuk menyimpan rahasia antara Tuhan dan hambaNya. Ruh-ruh itu berdiam diberbagai bagian anggota badan dengan tugas masing-masing. Keberadaannya seolah-olah berlaku sebagai pembeli dan penjual bermacam barang yang mendatangkan berbagai hasil. Perniagaan semacam inilah yang mendatangkan bentuk rahmat dan berkat dari Tuhan. Seharusnya manusia mengetahui kebutuhan dalam ruhaninya masing-masing, seharusnya tidak mengubah apa yang sudah ditetapkan atau ditakdirkan Tuhan kepadanya. Dada adalah tempat bersemayamnya ruh dalam diri setiap insan manusia, tempat yang berhubungan dengan panca indera ini bertugas mengatur segala hal yang berkaitan dengan masalah syariat…..karena dengan ini Tuhan mengatur keharmonisan alam nyata. Ruh tidak pernah mengingkari perintah Tuhan, tidak mengatakan tindakannya itu sebagai tindakannya sendiri, tetapi lebih karena ia tidak mampu bercerai dengan Tuhan. Tuhan memberikan beberapa kelebihan bagi manusia yang memiliki ruhani yang tinggi pula ; pertama, kemampuan melihat bukti-bukti wujud keberadaan Tuhan didunia yang manifestasikan dalam sifat-sifat Tuhan, kedua…kemampuan melihat hal yang jamak dalam sesuatu yang tunggal dan sebaliknya dimata orang awam, ketiga…kemampuan melihat hakikat dibalik alam nyata dan keempat…perasaan dekat dengan Tuhan….inilah ganjaran karena keikhlasan dan ketulusan mencintaiNya dan berbuat semata-mata karena Dia. Namun inipun masih berkaitan dengan alam kebendaan, begitu pula hal2 yang dianggap luar biasa oleh sebagian orang seperti berjalan diatas air, terbang diudara, mendengar suara2 gaib, membaca sesuatu yang berada dibenak orang lain, dll…ini masih berpijak pada kebendaan atau alam nyata. Hendaknya dalam beramal shalih manusia tidak seperti “Pedagang” …yang selalu dalam melakukan sesuatu haruslah ada untungnya, apalagi ini dengan Tuhan. Ruh dalam Hati Hati adalah tempat bergeraknya ruh, dan ilmu yang mengulas tentang gerakan hati disebut ilmu thariqah. Kerjanya berkaitan dengan 4 nama Allah. Sebagaimana dengan 12 nama Dzat…4 nama ini tidak berhuruf dan tidak berbunyi, sehingga nama-nama itu tidak dapat diucapkan. Pada setiap peringkat dari 4 tingkatan yang dilalui oleh ruh terdapat 3 buah nama yang berbeda. Dan dengan cara ini Tuhan dapat memegang hati kekasihNya yang sedang dalam perjalanan cinta menuju kepadaNya. Ada 7 titik, yang 3 merupakan titik inti dan yang 4 adalah pendamping dan apabila diolah nantinya akan akan berhubungan dengan 9 lubang di badan kita. Cara pengolahannya ada beberapa cara ; 1. Dengan berpuasa lahir dan batin, bukan berpuasa hanya puasa lahir tapi batin juga karena lahir hanya menggembleng lahir saja jasmani , tetapi batin akan meggembleng lahir dan batin. 2. Meditasi, dengan pengolahan nafas secara benar dan teratur, kontinyu, karena nafas adalah tali jiwa. 3. Dengan adanya pembukaan titik melalui orang lain yang bisa membukanya…..tetapi biasanya ini kurang membuat kita lebih matang dan kurang bisa mengolahnya dengan baik nantinya….karena kendala setelah itu akan banyak. Dalam islam, kalimat La ilaaha illallaah itu melahirkan 12 nama Allah, setiap nama tercantum pada setiap hurufyang menyusun kalimat tersebut. Dan Allah akan memeberikan nama kepada setiap huruf dalam proses kemajuan hati seseorang itu. 1. Lailaha illallaah Tiada Ilah kecuali Allah 2. Allah Nama Dzat 3. Huwa Dia 4. Al-Haqq Yang Benar 5. Al-Hayy Yang Hidup 6. Al- Qayyum Yang berdiri sendiri kepadaNya segala sesuatu bergantung 7. Al-Qahar Yang Maha Berkuasa dan Perkasa 8. Al-Wahab Yang Maha Pemberi 9. Al-Fattah Yang Maha Pembuka 10. Al-Wahid Yang Satu 11. Al-Ahad Yang Maha Esa 12. As-Shamad Sumber, puncak segala sesuatu Hati adalah tempat bergeraknya ruh dan ruh selalu memandang ke alam Malakut’ yang identik dengan kebaikan, dan dialam ini ruh dapat melihat surga alam malakut beserta para penghuninya, cahaya, dan para malaikat yang ada didalamnya. Dan dialam inilah ruh ruh bergerak dan melakukan percakapan-percakapan tanpa kata dan suara, dan dalam percakapan itu pikiran akan selalu berputarmencari rahasia-rahasia atau makna dalam batin. Ruha yang bergerak akan melalui berbagai tingkatan dalam perjalanannya. Dan tempat ruh yang telah mencapai tingkatan tinggi adalah di tengah hati, yaitu Hati bagi Hati. Yang sangat berhubungan dengan Sukma Sejati adalah bagaimana kita mengetahui dan memahami tentang “Rasa Sejati” …..bagaimana pembentukan rasa sejati adalah sebagai berikut Eka Kamandhanu, artinya kandungan berumur satu bulan mulai bersatunya kama laki-laki dan perempuan. Dari detik ke detik, kama tersebut menggumpal dan merajut angan-angan untuk mencipta embrio. Kama tersebut menyatu padu dalam kandungan ibu menjadi benih unggul dan keadaan benih belum begitu kelihatan besar dalam perut ibunya. Saat itu biasanya wajah ibu berseri-seri karena itu sering dinamakan Eka Padmasari artinya sari-sari bunga sedang berkumpul dalam kandungan ibu, dalam keadaan penuh kegembiraan. Pada saat ini hubungan seksual masih diperbolehkan, bahkan dimungkinkan hubungan akan semakin hangat karena kedua pasangan tengah akan menikmati anugerah Tuhan yang sebelumnya telah dinanti-nantikan. Detik keberhasilan hubungan seksual ini akan menjadi spirit hidup sebuah pasangan. Dwi Panunggal, umur kandungan dua bulan. Pada saati ini juga boleh melakukan hubungan seks. Dalam istilah jawa disebut nyepuh ibarat seorang empu sedang membuat keris, semakin banyak nyepuh artinya menambah kekuatan magis keris, keris akan semakin ampuh. Juga hubungan seks pada waktu hamil muda akan semakin hangat dan menarik kedua pasangan, biasanya seorang wanita pada tahap ini ingin jalan-jalan pagi, ingin plesir ke tempat yang sejuk, indah dan mempesona, karena itu disebut pula dwi amratani, artinya rata kemana-mana, bepergian kemana-mana sebagai ungkapan kesenangan dan juga sambil memikirkan nama yang mungkin akan diberikan kepada anaknya kelak. Tri Lokamaya, artinya umur benih tiga bulan kandungan, dan benih masih berada dalam alam maya. Benih belum ada roh yang ditiupkan, karena itu suasananya gondar-gandir atau gawat. Jika hubungan seks tidak hati-hati kemungkinan besar benih tadi bisa gugur dan terjadi pendarahan. Maka ada baiknya mengurangi kuantitas hubungan seks, dan menghindari percekcokan atau sering marah-marah, karena secara psikologis akan mengakibatkan benih gugur karena merasa panas, ini artinya hubungan yang harmonis dalam keluarga amat menentukan kondisi benih yang dikandungan. Pada saat ini sikap selalu bersolek diri seseorang pasangan sangat menentukan. Karena itu candra benih tiga bulan sering dinamakan trikawula busana, artinya wanita sudah berpikir masalah pakaian seperti daster, pakaian bayi, dll, hal ini memungkinkan wajah wanita akan lebih berseri-seri bagai bulan purnama dan lebih cantik jelita. Catur Anggajati, benih berumur empat bulan mulai terbentuk organ-organ tubuh secara lengkap. Benih unggul telah berbentuk manusia. Karena itu telah menghisap sari-sari makanan melalui sang ibu, umur seperti ini juga sudah ditiupkan roh sehingga benih telah hidup, sebagai tandanya sering bergerak. Karena itu hubungan seks yang berlebihan kurang baik pada saat ini, bahkan hubungan seks atas bawah akan berbahaya bagi benih dalam kandungan. Saat ini pula benih mulai merekam denyut hidup kedua pasangan. Karenanya kedua pasangan jangan berbuat hal-hal yang tidak baik atau terjadi penyelewengan akan berbahaya bagi benih bayi tersebut. Candra benih berumur empat bulan disebut catur wanara rukem, artinya tingkah laku ibu akan seperti kera yang sedang diatas pohon rukem, dia mulai nyidam buah-buahan yang asam dengan cara lotisan dan akan sangat aneh-aneh sehingga membutuhkan kesabaran bagi pasangan, kadang kurang wajar. Ia mendapat tambahan otak, karena itu sudah punya keinginan. Panca Yitmayajati, artinya benih berumur lima bulan, dan benar-benar telah hidup, dan hubungan seks harus dilakukan lebih hati-hati, agar memperhatikan posisi sehingga tidak merugikan benih, dan pasangan harus telah tumbuh keberanian untuk menghadapi resiko lahirnya seorang bayi nanti. Karenanya candra benih berumur lima bulan sering dinamakan panca sura panggah, ada keteguhan dan keberanian menghadapi rintangan apapun ketika pasangan hamil lima bulan, tentu saja dari aspek materi jelas memerlukan persiapan berbagai hal. Mendapatkan tambahan otot mulai bergerak erlahan-lahan. Sad Lokajati, benih berumur enam bulan semakin besar, karena itu kedua pasangan harus lebih berhati-hati. Karena itu candra benih dinamakan sad guna weweka, artinya mulai bersikap hati-hati dalam bertindak dan bertutur kata, jika diantara pasangan ada yang berbuat kasar, mencaci maki apalagi berbuat keji akan mengakibatkan benih yang dikandung tidak baik, bahkan suami dilarang membunuh binatang karena secara insting benih sudah dapat merekam keadaan sekelilingnya. Mendapatkan tambahan tulang karena itu ia bisa naik turun, jungkir balik. Sapta Kawasajati, umur benih tujuh bulan telah lengkap semua organ dan cipta, rasa, serta karsa, karena itu apabila ada bayi yang lahir pada umur tujuh bulanpun dimungkinkan. Dalam tradisi jawa sering dilakukan ritual mitoni dengan maksud memohon agar bayi yang akan lahir diberi kelancaran, dan pada waktu ini hubungan seks dilarang sama sekali, kalaupun dilakukan harus diperhatikan secara ekstra hati-hati posisi diperhatikan . Karena candra bayi tuuh bulan adalah sapta kulilawarsa artinya seperti burung yang terguyur air hujan, merasa letih. Lelah, dan sedikit pucat, kurang bergairah dan perlu pengertian dari pasangan. Dan ia memperoleh tambahan rupa, dan mendapat tambahan Kodrat dari Allah Ta’ala sperti rambut, darah dan daging. Astha Sabdajati, benih berumur delapan bulan biasanya siap lahir, siap menuju dunia besar setelah bertapa dalam kandungan. Bayi hampir weruh padange hawa, ingin menghirup udara dunia yang sesungguhnya. Saat ini hanya timbul sikap pasrah untuk menghadapi perang sabil. Candra bayi adalah astha sacara-cara, artinya terjadi sikap berserah diri dengan cara apapun bayi akan lahir ibunya telah siap sedia bahkan siap berkorban jiwa raga. Manakala bayi umur delapan bulan belum mapan posisinya, tentu sang ibu akan gelisah. Untuk itu ada gugon tuhon juga agar ibu dilarang makan buah yang melintang posisinya, seperti kepel, agar posisi bayi tidak melintang yang akan menyulitkan kelahiran. Calon anak sudah dapat mengoperasikan saudara yang empat, sbb; Pertama kakawah air ketuban Kedua bungkus Ketiga ari-ari Keempat darah Kakawah artinya menjadi pengasih, bungkus menjadi kekuatan, darah menjadi waliyas mati, harus diketahui bahwa Kakawah itu adalah malaikat Jibril, bungkus adalah Mikail, ari-ari adalah Malaikat Israfil, dan darah adalah malaikat Izrail. Jibril pada kulit, Mikail pada tulang, Israfil pada otot, Izrail pada dagingakhirnya selamatlah sentosa, semua itu tidak kelihatan karena Kodrat Allah. Nawapurnajati, bayi telah mendekati detik-detik lahir, yaitu sembilan bulan, dan tentu yang tepat sembilan bulan sangat jarang. Pada saat itu memang keadaan bayi dan ibunya sangat lelah, karena itu candra suasana disebut nawa gralupa artinya keaaan sangat lemas, tak berdaya, seperti orang lapar dan dahaga. Apalagi setelah sembilan bulan sepuluh hari dengan candra khusus dasa yaksa mati, artinya seperti raksasa mati terbunuh ksatria-seorang ibu setelah melahirkan bayi. Oleh karena itu hubungan seksual sangat dilarang, paling tidak kurang lebih 40 hari seorang suami harus berpuasa. Sembilan langkah tersebut diatas di harapkan pasangan suami istri dapat menjalankan sesirik prihatin , ibarat sedang bertapa gaib. Segala tingkah laku akan menjadi cerminan hidup anak yang masih dalam kandungan. Itulah sebabnya sikap dan perilaku dijaga baik-baik dengan tujuan manembah dan karyenak tyasing sesama, maksudnya hubungan vertikal selalu harus terus menerus dan hubungan dengan sesama mahkluk agar jangan sampai berbuat diluar kewajaran. Ada empat yang dianugerahkan Allah Ta’ala dengan KodratNya ; Pertama Budi Kedua Rahsa Ketiga Angan-angan Keempat Hidup Hubungi Via SMS 082135898112/081225377948 Langsung dengan Abah Eddye PIN BB 33110706
ilmumakrifat al fatihah. Anda telah berada ditempat yang tepat, apa yang anda cari selama ini akan anda dapatkan disini. Ketika anda menemukan artikel saya, ITU BUKANLAH KEBETULAN. silahkan dibaca dan disimak dengan baik, karena ketika anda menemukan artikel saya, itu berarti tuhan sudah menggerakan anda untuk membaca infromasi ini, di akhir artikel kami akan berikan tawaran special khusus
Ilmusejati menerangkan bahwa manusia benar-benar abadi tidak bisa mati kebal segala macam bahaya apapun dan bahagia tidak pernah duka kaya tidak pernah miskin. Simak juga sejati dan ilmu sejati al fatihah Dalam kesempatan ini saya akan mengijazahkan Ilmu Hikmah Teraphy Penyembuhan dengan Surat Al-Fatihah.
SuratAl fatihan 300 X dilanjutkan dengan membaca LAA HAWLA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL ALIYYIL AZHIIM (41 x). Dengan ijin Allah SWT, rezeki akan datang dan hutang akan terbayarkan. ===== CATATAN REDAKSI: Siapapun boleh mengirim artikel ke dalam blog Kampus Orang samar ini.
Tahap4 : Sehat Sejati. Tahapan ke 4 (empat) ini atau Tahap Sehat Sejati dapat disebut juga dengan Tahapan dimana kita Insya Allah dapat membuang suatu penyakit Lahir maupun Bathin, baik Penyakit baru ataupun bawaan yang tidak kunjung sembuh. Penyakit tersebut bisa pada diri kita ataupun orang lain dan dapat pula dibuang atau dipindahkan pada
hySS.
  • kxmo9urbk9.pages.dev/93
  • kxmo9urbk9.pages.dev/635
  • kxmo9urbk9.pages.dev/516
  • kxmo9urbk9.pages.dev/43
  • kxmo9urbk9.pages.dev/406
  • kxmo9urbk9.pages.dev/130
  • kxmo9urbk9.pages.dev/74
  • kxmo9urbk9.pages.dev/361
  • kxmo9urbk9.pages.dev/122
  • kxmo9urbk9.pages.dev/150
  • kxmo9urbk9.pages.dev/899
  • kxmo9urbk9.pages.dev/315
  • kxmo9urbk9.pages.dev/311
  • kxmo9urbk9.pages.dev/751
  • kxmo9urbk9.pages.dev/825
  • ilmu sejati al fatihah