Ialways keep an open mind. Yang kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya yaitu, Saya selalu mempunyai pikiran yang terbuka kok. Maksudnya adalah si bapaknya itu bisa menerima apa yang sedang dikerjakan oleh anaknya dan tidak berpikiran yang negatif mengenai apa yang sedang dikerjakan oleh anaknya tersebut.
Man’s Search For Meaning, by Viktor Frankl, is a book that’s always struck me like a punch to the gut because the story is so dark yet so real and so recent in terms of the timeline of human history. In reading it again more recently, it lit up like a signal fire of meaning and context for life as I reflect on my own journey leading a creative company. Austrian neurologist and psychotherapist Viktor Frankl viewed life through a different lens than most. On September 25th, 1942, Frankl and his family were taken prisoner by Nazi Germany and spent more than three years in concentration camps, including Auschwitz. During this time, Frankl examined how he and other prisoners faced endless life-defining challenges every day, often every hour. It’s hard to imagine a more stressful, heart-wrenching daily experience. Despite these conditions, Frankl was relentless in his quest to determine why some survived and some didn’t - why some persevered and some gave up hope. With curiosity, he explored why humans behave differently when up against challenges, or in this case, the most horrific conditions imaginable. Somehow, Frankl was able to zoom out and reframe everything around one singular, critical question facing every human What is the meaning of life itself? As Frankl frames the concept, life is a constant and continual prompt, through which having meaning is the most vital component. And if we choose to pay attention, we will find life is constantly knocking at our door, presenting choices, offering possibilities, seeking some kind of choice or decision. In nearly every moment of every day, life stands before us, seeking a response. If only we’re awake enough to see it. More importantly, Frankl found that some responses actually produce better outcomes. He discovered that when one’s response is grounded in purpose and meaning - with a positive, optimistic mindset - it nearly always increases the odds for better results. He found this was the defining difference between those most likely to survive the death camps and those less likely to persevere. Frankl wrote, "Everything can be taken from a man but one thing the last of the human freedoms - to choose one’s attitude in any given set of circumstances, to choose one’s own way." Let that sink in for a moment A positive mindset can literally open up better possibilities and increase the odds of better results. This is Frankl’s case for defaulting to optimism. It’s about responding to whatever life may bring you with positivity. We’re talking about choosing your mindset, despite life’s circumstances. It’s the glass-half-full approach. Looking at the bright side. Seeing the best in people. Fighting away dark thoughts. Resisting negative self-talk. Not participating in gossiping and complaining. Always bringing your best self to any situation. Frankl also wrote, "Between stimulus and response there is a space. In that space is our power to choose our response. In our response lies our growth and our freedom. In our response lies the opportunity for something better." Make no mistake In everything, we have a choice. Every human being possesses the power to choose how they'll respond to life. But isn’t it curious how frequently we don’t? As humans today, it seems far too often we're going through life unconsciously - cruising along on autopilot, unable to recognize the choice and power we possess. Even if we're awake enough to recognize our choices, we’re often blocked or frozen by dark forces like negative self-talk, worst-case-scenario thinking, complaining, succumbing to a victim mindset or getting caught up in the destructive nature of worry, gossip and perpetuating false narratives. It's especially critical for leaders today to remain awake and positive, and to avoid the constant undertow of critical voices, stress and negativity. As BrenĆ© Brown has pointed out from a Theodore Roosevelt speech, our critics in the cheap seats don't matter much. It's only those who are brave enough to enter the arena with us, who are truly worthy of our attention. In my work as the leader of a creative company, I encounter all kinds of people, including those who default to worst-case-scenario thinking - frozen inside their own minds, operating from a closed and defensive, second-guessing and complaining, fear-based mindset. Unfortunately, I’ve found many just can’t seem to help it. It’s as if they’re hardwired this way from birth. We all know people like this - those unable to visualize the upside or imagine positive outcomes. For a moment, consider Viktor Frankl and his experience in the death camps. Now, consider your own life and how you behave under stress and crisis. What mindset are you choosing to bring to your work, family and life? Consider Frankl’s theory that when life is grounded in meaning, life has more upside, more possibilities. And when we bring our best self into challenging situations - with an optimistic and positive mindset - the likelihood of achieving better outcomes actually increases. There are many impactful practices and resources available for mindset. For perspective, Man's Search for Meaning is a good place to start. In my journey, I've found choosing my mindset first thing in the morning to be transformational. My simple formula is this, which anyone can do I read and contemplate my own personal purpose, core values, life goals and intentions first thing when I wake up. Then, I meditate, exercise and read something enriching. I also keep a mini-journal reflecting on my state of being, celebrating gratitude and stating my No. 1 objective for the day, No. 1 challenge for the day and any other reflections and affirmations worth noting. A light, healthy breakfast completes the routine. A simple morning ritual provides a clear orientation - priming the mindset for whatever life may bring your way, each and every day. Forbes Agency Council is an invitation-only community for executives in successful public relations, media strategy, creative and advertising agencies. Do I qualify?
ThePower of Positive Mindset - Mutiara Inggris: Berpikir Positif (Positive Thinking) dan Artinya Faedah Positive Thinking Bagi Kesehatan Tubuh Dan Jiwa
Kami KepoBareng memberikan informasi secara komperhensif untuk anda baca dan bagikan. Kami memberikan informasi update dan faktual yang memberikan anda wawasan lebih banyak. 1 Mengidentifikasi informasi yang masuk melalui panca indera, penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, sentuhan atau perasaan. 2. Membandingkan informasi yang masuk dengan data-base (referensi, pengalaman dan segala informasi) yang sudah ada dalam pikiran bawah sadar, 3. Yuk, Memahami Pengertian ā€œMindsetā€. Apa itu mindset? Mindset artinya serangkaian pemikiran yang membentuk dasar pemikiran seseorang dalam memandang sesuatu. Mindset adalah kata lain dari pola pikir. Beberapa pengertian mindset menurut para ahli adalah suatu set atau rangkaian pemikiran yang membentuk kebiasaan berpikir dari individu. Selain itu, pengertian lain dari mindset adalah doa dan harapan yang dimiliki seseorang akan suatu hal yang ingin dicapai dalam hidup. Sehingga, doa dan harapan ini kemudian membentuk cara berpikir seseorang. Dalam kehidupan, kita akan melihat pola pikir manusia yang bermacam-macam. Biasanya, orang-orang akan membedakannya antara pola pikir orang sukses dengan pola pikir orang yang biasa-biasa saja. Salah satu contoh mindset orang sukses adalah menganggap kegagalan sebagai pintu peluang kesuksesan yang baru. Nah, pada artikel kali ini kita tidak hanya akan membahas tentang mindset atau pola pikir saja. Namun, kita akan membahas tentang mindset kecil, mindset rata-rata dan mindset luar biasa yang diinginkan banyak orang. Dilansir dari website everyday power dot com, ternyata ada perbedaan yang cukup signifikan antara ketiga jenis mindset tersebut loh, rekan-rekan. Mungkin suatu pernyataan yang sering kita dengar adalah ā€œMindset kecil hanya akan menggosipkan tentang orang lain, mindset rata-rata akan mendiskusikan sebuah peristiwa, dan mindset luar biasa akan mendiskusikan ide-ide cemerlangā€. Namun, apakah pernyataan ini benar? Yuk, kita cari tahu fakta dan perbedaannya bersama-sama. Faktanya, Tidak Ada Mindset Kecil. Seperti yang kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang mana dirinya tidak bisa hidup tanpa kehadiran orang lain. Salah satu kekayaan hidup yang kita miliki adalah hubungan kita dengan orang lain. Bagaimana cara kita memperlakukan orang lain adalah citra diri yang kita miliki dalam kehidupan ini. Namun, seringkali hubungan manusia tidak berjalan seindah yang kita harapkan. Pastinya, kita akan sering menghadapi ā€œgesekan-gesekanā€ pada hubungan kita dengan orang lain. Bagaimana tidak, setiap orang memiliki akal dan pemikirannya masing-masing. Sehingga, ā€œgesekanā€ dalam hubungan manusia itu murni pasti terjadi. Ketika hubungan kita dengan orang lain kurang membaik, hasilnya kita akan mengalami perasaan marah, kecewa, canggung awkward, sedih dan lain sebagainya. Dari semua perasaan emosional yang kita miliki akan mendorong kita untuk bercerita atau bahasa gaulnya, curhat kepada orang-orang yang kita percaya. Kita akan mulai menceritakan bagaimana kolega kita di kantor telah menyakiti perasaan kita karena tidak mau bekerja sama dalam mengerjakan proyek penting, bagaimana dirinya menumpahkan kopi panas secara tidak sengaja di meja kerja kita, dan lain sebagainya. Lantas, dengan bercerita seperti itu apakah kita termasuk ke dalam kategori mindset kecil? Tentu saja tidak. Itulah mengapa fakta menunjukkan bahwa tidak ada yang namanya mindset kecil. Setiap manusia perlu bercerita dengan manusia lainnya untuk membuat dirinya merasa tenang dan merasa bahwa ada orang lain yang rela mendengarkan segala keluh kesahnya. Ini adalah hal yang normal, dan tidak menunjukkan bahwa kita memiliki mindset yang kecil dan sempit. Mindset Rata-Rata Sangat Suka Mendiskusikan Sebuah Peristiwa, Benarkah? Dalam hal ini, kami menemukan pernyataan ā€œmindset rata-rata akan mendiskusikan sebuah peristiwaā€ sebagai pernyataan yang cukup sensitif. Pertanyaannya, ā€œApakah mendiskusikan suatu peristiwa adalah hal yang salah? Bagaimana dengan orang-orang yang bersikap acuh dan tidak pernah membahas tentang beberapa peristiwa yang terjadi di sekitarnya, mindset apa yang cocok untuk mengkategorikan individu seperti itu?ā€. Mari kita luruskan permasalahan ini, yang dimaksud bahwa mindset rata-rata hanya membahas suatu peristiwa bukanlah tentang seseorang yang tiba-tiba membahas penurunan harga dollar yang berpengaruh pada nilai rupiah atau seseorang yang membahas tentang peresmian perusahaan baru di dekat kantornya. Bukan, bukan itu yang dimaksud. Namun, pernyataan ā€œmindset rata-rata akan mendiskusikan sebuah peristiwaā€ merujuk kepada orang-orang yang hanya mengharapkan suatu kejadian atau peristiwa bisa datang dan terjadi ke dalam kehidupan mereka, tanpa adanya usaha apapun. Mereka akan berkata, ā€œAku akan merasa bahagia jikaā€¦ā€ dan mereka akan menunggu hal tersebut sampai benar-benar terjadi dalam kehidupannya, bahkan tanpa usaha apapun. Ini merupakan pola pikir umum yang sangat sering terjadi di lingkungan masyarakat kita. Dalam hal ini, kita perlu menyadari suatu realitas bahwa ā€œKITA adalah orang yang bertanggung jawab atas segala peristiwa yang kita alamiā€. Maknanya, jika saya ingin menjadi seorang manajer, maka saya bertanggung jawab untuk membuatnya menjadi peristiwa yang nyata. Saya adalah pengendali dan pencipta dari suatu peristiwa yang saya inginkan, Meskipun nantinya, kita semua akan kembali mengikuti rencana Tuhan, namun mindset yang benar adalah berani untuk bermimpi, bertindak dan mewujudkannya. Jika kita ingin keluar dari mindset rata-rata yang seperti ini, maka rumusnya adalah sebagai berikut Tujuan> Tindakan> Peristiwa> Hasil Saya memiliki tujuan untuk bisa menjadi manajer yang efektif, maka saya bertindak dengan belajar dan berusaha menjadi manajer yang efektif dengan menjadi pendengar yang baik, mengikuti training kepemimpinan dan mau menerima feedback dari karyawan saya. Dalam hal ini, saya sedang menciptakan suatu peristiwa melalui tindakan-tindakan saya tersebut. Hasilnya? Saya meraih predikat sebagai manajer yang efektif. Perlu kita ingat juga bahwa memiliki tujuan hidup versi diri sendiri adalah hal yang sangat PENTING. Seringkali, kita mengambil tujuan hidup yang dimiliki seseorang, lalu memodifikasinya sedikit agar bisa menjadi tujuan hidup versi diri sendiri. Hmm, yang seperti ini masih kurang original, rekan-rekan. Hal lain yang sering terjadi juga adalah kita secara sengaja membiarkan tujuan perusahaan untuk mengendalikan tujuan hidup kita. Padahal, jika visi misi dari organisasi atau perusahaan memang tidak selaras dengan tujuan hidup kita, kita bisa mencari perusahaan yang ā€œsejiwaā€ dengan kita, bukan? Disadari atau tidak, kita seringkali terjebak di tengah-tengah persamaan yang sebenarnya sama sekali bukan hal yang kita inginkan. Sebagai contoh, mungkin sebagian besar dari kita mendapatkan pendidikan dan nasihat dari orang tua kita bahwa kunci menuju kebahagiaan adalah pekerjaan tetap yang kita bekerja di dalamnya selama 30 tahun lebih, lalu kemudian pensiun. Itu ide yang bagus, tidak ada masalah. Namun, jika panggilan jiwa kita ingin menjadi seorang pengusaha yang sukses, maka wujudkanlah mimpi itu. Jangan terjebak dalam suatu persamaan yang sama sekali tidak kita inginkan. Itulah sebabnya mindset yang seperti ini disebut mindset rata-rata, karena individu cenderung mengikuti arah dan alur yang dimiliki oleh mayoritas atau rata-rata orang di sekitar mereka. Bagaimana dengan Mindset Luar Biasa? Katanya ā€œMindset luar biasa akan mendiskusikan ide-ide cemerlangā€, nyatanya kita juga tidak bisa sepenuhnya percaya dengan orang-orang yang memiliki ide-ide besar. Coba kita pikirkan kembali, ada berapa banyak orang yang memiliki ide besar, namun tidak bersungguh-sungguh dalam mewujudkannya? Jadi, ide yang besar tidak akan menjamin apapun, percaya deh! Oleh karena itu, kami menambahkan sedikit kata-kata bagi mereka yang memiliki mindset luar biasa, yaitu ā€œMindset luar biasa akan mendiskusikan ide-ide cemerlang dan bersungguh-sungguh untuk mewujudkannyaā€ karena mereka sadar, ide besar saja tidak akan cukup untuk membuat sebuah perubahan. Dari artikel ini, kita bisa melihat kan bagaimana kekuatan mindset bisa mengubah pola hidup kita? Bahkan, menentukan apa yang kita lakukan dan apa yang akan kita dapatkan. Kesimpulannya, pernyataan bahwa ā€œMindset kecil hanya akan menggosipkan tentang orang lain, mindset rata-rata akan mendiskusikan sebuah peristiwa, dan mindset luar biasa akan mendiskusikan ide-ide cemerlangā€ adalah pernyataan yang keliru. Dengan kekeliruan tersebut, kami menggantinya dengan, ā€œMindset yang terluka akan mendiskusikan orang lain. Mindset yang tidak memiliki tujuan dan fokus akan membahas tentang berbagai peristiwa, dan Mindset yang bersungguh-sungguh akan menggambarkan ide-ide cemerlang untuk diwujudkanā€. Jadi, mulai sekarang jangan pernah berpikir bahwa kita memiliki mindset kecil, mindset rata-rata atau membanggakan diri karena merasa mempunyai mindset luar biasa. Semua itu kembali lagi dengan usaha dan upaya yang kita berikan. Tetap semangat ya, rekan-rekan Career Advice! Orangorang yang memiliki mindset berkembang percaya bahwa dengan berusaha menggunakan segala keterampilan mereka, kemampuan mereka juga akan ikut berkembang. Mereka berpikir bahwa dengan belajar dan berlatih, keterampilan mereka dapat meningkat seiring berjalannya waktu.
Pengertian Mindset – Anak muda sering kali diminta untuk memperbaiki mindset atau pola pikir agar sukses di masa depannya. Selama ini yang kita tahu, pola pikir atau mindset ialah tentang apa yang kita yakini. Tapi, apakah hal ini benar-benar akan memengaruhi sukses atau tidaknya diri kita? Memang, keyakinan mendapat peran penting dalam menentukan apa yang kita mau dan apakah kita akan mencapainya. Namun, apa itu mindset sebenarnya dan seberapa dalam keberadaannya memengaruhi kesuksesan kita? Pengertian MindsetMenurut LiteraturMengapa Mindset Penting?Macam-Macam Mindset1. Positive Mindset2. Entrepreneurial Mindset3. Scarcity Mindset4. Abundance MindsetCara Mengembangkan Growth Mindset1. Cerminkan Diri2. Temukan Tujuan3. Temukan Tantangan4. Tumbuhkan Semangat5. Catat Tujuan6. Ubah Sikap7. Mintalah Feedback yang Membangun8. Latih Diri9. Hargai Perjalanan KitaKesimpulan Grameds, rupanya mindset sangat penting untuk masa kini dan masa depan kita. Namun, Kita tentu harus mengetahui artinya dulu sebelum mengimplementasikannya dalam kehidupan. Apa itu mindset? Pola pikir ini adalah berbagai keyakinan yang menyatu dan akhirnya membentuk cara kita memahami sesuatu, dunia, dan diri sendiri. Dengan definisi ini, masuk akal jika mindset pada akhirnya akan mempengaruhi cara pikir, perasaan, dan perilaku kita dalam berbagai situasi. Secara sadar, kita memang selalu bertindak sesuai apa yang kita pahami, bukan? Mindset didefinisikan sebagai seperangkat sikap atau keyakinan yang kita pegang. Pola pikir ini akan mempengaruhi persepsi kita dan bagaimana kita hidup di dunia. Meski kita memiliki satu mindset keseluruhan, ini dapat terdiri dari berbagai pola pikir yang lebih kecil. Beberapa di antara mindset kecil itu mungkin membantu kita meningkatkan kesejahteraan dan kesuksesan. Sementara itu, mindset lainnya justru menghalangi kemampuan kita untuk melakukannya. Oleh karena itu, mengembangkan pola pikir tertentu bisa sangat membantu kita mencapai tujuan, menikmati hidup, dan menjadi lebih sukses. Menurut Literatur Terdapat berbagai bacaan yang mendefinisikan mindset. Berikut beberapa di antaranya! Menurut dalam buku Mindset Revolution Optimalisasi Potensi Otak Tanpa Batas 201438 menjelaskan mengenai definisi mindset. ā€œPola pikir—juga dikenal dengan istilah mindset—adalah cara otak dan akal menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi, dan membuat kesimpulan terhadap informasi yang masuk melalui indra kita. Pola pikir itu bekerja bagaikan ramalan bintang di kepala kita. Sewaktu kita hanyut dalam samudra informasi maka pikiran mencari arah dengan berpegangan pada pola pikir yang sudah terbentuk sebelumnya. Pola pikir itu untuk menjaga pikiran agar tetap berada pada jalur yang sudah menjadi keyakinan kita dan mendukung pencapaian tujuan yang menjadi pilihan kita.ā€ Sedangkan dalam buku Mindset Revolution for Smart Teen karya Fani Kartikasari 200911 disebutkan bahwa ā€œmindset adalah pola pikir yang akan menentukan tindakan. Tindakan ini akan mengantarkan kita makin mendekat atau justru menjauh dari impian dan cita-cita kita. Jadi, penting sekali bagi kita untuk memiliki mindset sang bintang’, yang akan mengantarkan kita menjadi bintang yang sesungguhnya!ā€ Mengapa Mindset Penting? Mindset alias pola pikir acapkali dianggap sebagai faktor terpenting yang akan mempengaruhi kehidupan kita. Pasalnya, hal-hal yang menjadi mindset atau yang selalu kita pikirkan dari waktu ke waktu akan memberi dampak langsung pada sifat dan sikap kita, bukan sebaliknya. Oleh sebab itulah, penting untuk mengetahui seberapa penting mindset dengan benar. Hal yang tampaknya kecil bisa membuat perbedaan besar, mindset menyumbang perbedaan utama antara mereka yang berhasil dan mereka yang tidak. Jadi, jika serius ingin mencapai kesuksesan di setiap bidang kehidupan, kita harus belajar untuk menguasai bidang tersebut dan menetapkan mindset yang tepat. Berikut alasan utama pentingnya mindset dalam hidup Mengembangkan harga diri yang sehat Merumuskan perspektif seorang pemenang Memanfaatkan dorongan diri Membantu menghadapi kesulitan dengan cara tertentu Mencapai tujuan yang mendasarinya Macam-Macam Mindset Jenis mindset yang paling populer saat ini ada dua fixed mindset dan growth mindset mindset tetap dan berkembang. Saat memiliki mindset tetap, kita yakin bahwa semua kemampuan yang kita punyai adalah sifat yang dasar dan tetap sehingga tak bisa diubah. Pola pikir seperti ini juga mengarah pada keyakinan bahwa kita tak perlu berusaha karena kecerdasan saat ini cukup untuk membantu menjadi sukses. Sementara itu, memiliki mindset berkembang atau growth mindset berarti kita percaya bahwa usaha dan ketekunan dapat mengubah diri dan kemampuan. Umumnya, orang yang mempunyai pola pikir ini tak langsung percaya bahwa semua orang bisa menjadi orang jenius seperti Einstein atau Mozart. Diperlukan usaha dan ketekunan untuk mendapatkannya. Inilah contoh perbedaan mindset tetap dan berkembang Fixed Mindset Growth Mindset Entahlah apakah aku pandai atau tidak. Kalau tidak pun, ya sudah. Aku bisa belajar melakukan apapun yang kuinginkan. Itulah aku. Aku dan siapa pun tidak bisa mengubahnya lagi. Aku adalah orang yang terus berkembang dalam proses. Kalau kamu harus bekerja keras, kamu sebenarnya tidak punya kemampuan. Semakin kamu menantang diri sendiri, semakin pintar kamu. Kalau aku tidak mencoba, maka aku tidak akan gagal. Aku hanya gagal ketika berhenti mencoba. Posisi pekerjaan itu benar-benar di luar kemampuanku. Posisi pekerjaan itu terlihat menantang. Aku akan mencoba melamar. Selain fixed mindset dan growth mindset, sebenarnya masih ada berbagai macam mindset yang perlu kita pelajari. Apa sajakah itu? 1. Positive Mindset Lewat namanya, kita bisa langsung tahu bahwa mindset seperti ini berarti pola pikir yang fokus pada hal-hal positif atau baik alih-alih memikirkan hal negatif. Orang yang memiliki mindset ini bisa memakai strategi seperti bersyukur, introspeksi, dan menemukan hal-hal baik yang bisa meningkatkan emosi positif mereka. Grameds, sikap seperti ini biasanya cenderung optimis dan mengharapkan yang terbaik. Tentu saja hal ini bagus untuk kesejahteraan dan kesuksesan diri. Sebab, membangun dan memperluas emosi positif bisa mengarahkan kita pada kesuksesan dalam kehidupan profesional maupun hubungan sosial. 2. Entrepreneurial Mindset Entrepreneurial Mindset diartikan secara gamblang sebagai pola pikir kewirausahaan. Ini sangat membantu bagi mereka yang ingin menjadi wirausahawan, tetapi juga merupakan pola pikir yang sangat berguna bagi kita semua di dunia modern. Sebab, kehidupan modern sering mengalami perubahan yang hampir konstan. Tentunya, jenis keterampilan yang dibutuhkan untuk kewirausahaan adalah keterampilan yang paling berguna dalam beradaptasi dan mengatasi perubahan yang cepat dan ketidakpastian. Itu sebabnya pola pikir kewirausahaan adalah pola pikir yang penting untuk dikembangkan. Menurut buku tentang pola pikir kewirausahaan Gold & Rodriguez, 2018, pola pikir ini terdiri dari beberapa keterampilan penting termasuk Tidak merasa aneh dengan adanya risiko Kreatif & inovatif Berpikir kritis & dapat memecahkan masalah Inisiatif & mandiri Punya kemampuan komunikasi dan kolaborasi Berorientasi pada masa depan Mengakui adanya peluang Fleksibel & punya kemampuan beradaptasi Keterampilan ini dianggap membantu kesuksesan akademis dan karir. Tentu saja, ini adalah rentang keterampilan yang luas dan kemungkinan besar tidak ada orang yang memiliki tingkat tinggi dari semuanya. Karena itu, mengembangkan keterampilan yang menjadi kelemahan kita mungkinlah yang paling bermanfaat. 3. Scarcity Mindset Tampaknya, ide pola pikir ini muncul sebagai pola pikir kelangkaan, yang merupakan pengalaman yang ditemukan umum di antara mereka yang hidup dalam kemiskinan. Pola pikir kelangkaan adalah keyakinan bahwa sesuatu tidak akan pernah cukup. Itu muncul sebagai akibat dari pengalaman masa lalu atau saat ini ketika tidak ada sesuatu yang cukup. Para peneliti percaya bahwa kelangkaan mengubah cara orang mengalokasikan perhatian. Misalnya, ketika uang mulai menipis, setiap tagihan yang datang ke rumah tampak lebih mendesak dan mengancam. Hal ini bisa terjadi karena manusia memang dirancang untuk lebih memperhatikan ancaman dan hal-hal negatif daripada hal-hal positif. Seperti yang kita tahu, kekurangan uang dapat menghabiskan banyak sumber daya mental orang. Singkatnya, memiliki lebih sedikit suatu hal menimbulkan fokus yang lebih besar pada hal itu Shah, Mullainathan, & Shafir, 2012. Sebenarnya, pola pikir scarcity atau kelangkaan ini mengubah cara kita membuat keputusan dan memecahkan masalah. Saat begitu fokus pada kekurangan di masa sekarang, kita bisa gagal mengalokasikan perhatian untuk jangka panjang. Akibatnya, kita membuat keputusan yang terlalu memprioritaskan kebutuhan mendesak dengan mengorbankan kebutuhan jangka panjang. Akhirnya, kita terjebak dalam siklus pemikiran jangka pendek ini sehingga dalam rencana jangka panjang, kita menjadi lebih buruk. Meskipun penelitian tentang scarcity mindset adalah seputar kemiskinan, tidak ada alasan bahwa hal ini tidak berlaku untuk area lain dalam kehidupan. Jika kita kekurangan kebutuhan dasar lainnya seperti keamanan, kesehatan, cinta, harga diri, kebebasan, atau rasa hormat, kita mungkin terlalu fokus pada kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan kita mungkin kurang fokus untuk memastikan kebutuhan lain terpenuhi di masa depan. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa kelangkaan waktu menghasilkan pola pikir scarcity. Jika kita benar-benar sibuk, kita memenuhi kebutuhan mendesak dengan mengorbankan waktu untuk jangka panjang. Lebih khusus lagi, kesibukan menghasilkan mentalitas krisis yang mengarahkan orang untuk menyelesaikan krisis saat ini sementara gagal mencegah krisis di masa depan. Serba salah, bukan? Jadi, secara keseluruhan, pola pikir kelangkaan terus berfokus pada bagaimana memiliki masa depan yang lebih baik. 4. Abundance Mindset Pola pikir kelimpahan atau abundance mindset adalah kebalikan dari scarcity mindset. Ini dapat membantu ketika kita tidak lagi berada dalam situasi krisis. Semakin banyak krisis yang kita alami, semakin otak kita bisa terjebak berpikir dengan cara yang telah melindungi kita di masa lalu, bahkan jika pola pikir ini tidak lagi menguntungkan kita. Contohnya, tidak ada gunanya jika kita tidak lagi berada dalam kemiskinan namun masih terus-menerus khawatir tentang membayar tagihan. Tidak ada gunanya jika kita telah menemukan pasangan yang baik dan masih khawatir mereka tidak mencintai kita. Ini tidak membantu jika kita telah kehidupan yang lebih ringan dan masih fokus pada mengurusi krisis daripada perencanaan untuk jangka panjang. Inilah saat-saat ketika pola pikir kelimpahan atau merasa cukup diperlukan. ​Ketika telah berhasil mengatasi tantangan dan tekanan, berulah kita belajar bahwa strategi scarcity mindset berhasil. Namun, jika kita berada dalam konteks stres yang lebih rendah, strategi yang sama cenderung tidak menjadi yang terbaik. Kita perlu menyadari bahwa kita aman dan kebutuhan kita terpenuhi sehingga dapat fokus pada masa depan dan bagaimana memastikan bahwa kebutuhan kita terus terpenuhi. Cara Mengembangkan Growth Mindset Grameds, kita sudah mengetahui macam-macam mindset yang dapat dimiliki banyak orang. Kira-kira, apa mindset yang dominan dalam dirimu? Kita tahu bahwa growth mindset sering kali digaungkan sebagai mindset yang sempurna dan harus dikembangkan. Lantas, bagaimana cara mengembangkan growth mindset? Berikut ulasannya! 1. Cerminkan Diri Luangkan waktu untuk mengakui, merenungkan, dan merangkul semua kegagalan kita. Menyadari area yang harus kita perbaiki adalah batu loncatan dalam menumbuhkan mindset berkembang. Menyembunyikan segala kekurangan kita hanya akan menghambat kemampuan untuk mencapai kesuksesan. 2. Temukan Tujuan Pola pikir berkembang yang beriringan dengan tujuan yang kuat dan tekad yang kencang akan meyakinkan kita bahwa selalu ada cara lain untuk mencapai tujuan kita. Jadi, luangkan waktu untuk merenungkan dan menemukan tujuan kita! 3. Temukan Tantangan Bagian dari mengembangkan mindset berkembang adalah menghancurkan persepsi negatif tentang sebuah tantangan. Rangkul tantangan yang ada dan lihat itu sebagai pengalaman belajar yang bermanfaat yang tidak akan kita dapatkan lagi. Elbert Hubbard pernah mencetuskan, ā€œKesalahan terbesar yang dapat Anda buat dalam hidup adalah terus-menerus takut Anda akan membuat kesalahan.ā€ 4. Tumbuhkan Semangat Tabah adalah kemampuan untuk bertahan melalui rintangan untuk mencapai tujuan akhir yang berarti. Bertahanlah. Ini memberikan dorongan dari dalam diri kita untuk terus bergerak maju dan memenuhi komitmen! 5. Catat Tujuan Orang-orang dengan mindset berkembang sadar bahwa begitu satu tujuan tercapai, mereka memiliki tujuan lain yang harus dikejar. Buatlah tujuan yang jelas dan realistis berdasarkan hasrat dan tujuan. Pastikan pula untuk memberi diri kita cukup waktu untuk menaklukkan tujuan-tujuan itu secara menyeluruh. 6. Ubah Sikap Mindset tetap cenderung memendam sikap negatif, pesimistis, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Hentikan pikiran-pikiran itu sekarang. Kekuatan berpikir positif dan optimis dapat langsung mengubah suasana hati yang tidak hanya menginspirasi kita, tetapi juga orang lain di sekitar. 7. Mintalah Feedback yang Membangun Orang dengan Growth mindset secara proaktif akan mencari feedback dari rekan kerja, teman, dan pimpinan mereka. Ini adalah kesempatan untuk menemukan pelajaran, belajar dari kesalahan, dan mengupayakan keterampilan yang akan membantu secara jangka panjang. 8. Latih Diri Aktivitas mental dan fisik adalah bagian lain dari resep growth mindset. Mediasi, jalan-jalan, atau bahkan peregangan memungkinkan kita untuk fokus pada saat ini, membaur dengan sekitar, dan membawa kejernihan pada pikiran yang mendung. 9. Hargai Perjalanan Kita Faktor penting ketika membangun mindset berkembang adalah melihat nilai dalam perjalanan. Ketika kita terpaku pada hasil, kita kehilangan momen pembelajaran berharga yang dapat meningkatkan pengembangan profesional secara keseluruhan. Seseorang dengan growth mindset melihat keindahan dalam perjuangan. Kesimpulan Memiliki growth mindset dalam diri sangat penting untuk proses berkembang’ itu sendiri. Apalagi, jika Grameds adalah anak muda yang menginginkan banyak pengalaman dalam karier atau bahkan merintis suatu usaha. Pastinya, kita harus memiliki growth mindset yang memungkinkan kita untuk mengembangkan bisnis dan diri sendiri sekaligus mindset seorang wirausahawan! Bagi Grameds yang makin tertarik untuk mengetahui tentang mindset, Gramedia memiliki berbagai buku untuk segera dibaca! Tentunya, Grameds bisa menemukan berbagai buku nonfiksi maupun fiksi lainnya di Gramedia, SahabatTanpaBatas kita semua! Penulis Sevilla Nouval Evanda Baca Juga! Memahami Pengertian IQ, EQ, dan TQ Jenis-Jenis Komunikasi Pengertian dan Contoh dari Kreatif Konsep Berpikir Sinkronik Apa Itu Optimis? Pengertian dan Karakteristik Berpikir Komputasional Kemampuan Kognitif Untuk Berpikir Konsep Berpikir Kronologis Tahapan Perkembangan Kognitif ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
BecauseEratosthenes had the presence of mind to experiment to actually ask whether back here, near Alexandria a stick cast a shadow near noon on June the 21 st. Karena Eratosthenes telah kehadiran pikiran untuk bereksperimen Untuk benar-benar bertanya apakah kembali ke sini, dekat Alexandria Tongkat bayangan dekat tengah hari pada Juni 21.
Bagaimana kita melihat sesuatu, itu bergantung kepada perintah pikiran, Misalnya saja, apakah kita melihat tugas sebagai beban atau tantangan. Bagaimana kita melihat sebuah peristiwa, menimbang pekerjaan, menyikapi persoalan, itu berpulang kepada bagaimana kita berpikir atau mindset. Mindset merupakan lensa terdalam yang kita gunakan dalam melihat dunia apakah kita melihat dunia secara positif ataukah sebaliknya; apakah kita memandang keberhasilan orang lain sebagai inspirasi atau melihatnya dengan rasa iri dan curiga. ā€œKebahagiaan Anda berhubungan dengan mindset Anda, bukan dengan lingkungan di luar diri Anda,ā€ kata Steve Maraboli dalam Life, the Truth, and Being Free. Banyak buku ditulis mengenai mindset dan cara berpikir, berikut ini beberapa di antaranya yang menarik, penting, relevan, dan membantu kita dalam membenahi mindset dan menerapkannya dalam hidup sehari-hari. Iklan Mindset, Carol Dweck Sejak ditemukan’ oleh psikolog Carol Dweck, gagasan mindset menjadi isu sentral yang kerap dibicarakan bila orang membahas prestasi dan keberhasilan. Carol memilah mindset ke dalam dua kategori fixed mindset dan growth mindset. Mindset pertama cenderung memandang kapasitas, kecerdasan, bahkan perilaku orang bersifat tetap fixed. Sedangkan growth mindset beranggapan bahwa orang bisa berubah, bertambah cerdas, dan bertambah baik perilakunya. Gagasan mindset Dweck bermanfaat bukan hanya bagi individu, tetapi juga untuk kebutuhan dunia bisnis, pendidikan, hingga olahraga. Buku langka dari jenisnya ini membantu kita untuk berubah secara positif dalam hidup dan karier. Orang-orang yang memiliki pola pikir positif growth mindset akan berusaha mengembangkan dirinya, memperbaiki perilaku dan kebiasaannya, meningkatkan ketrampilan dan kecerdasannya baik intelektual maupun non-intelektual. Dweck menunjukkan bahwa kita mampu mengubah mindset pada tahap kehidupan yang manapun, asalkan ada motivasi untuk berubah. Tidak ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik dalam banyak aspek kehidupan kita. Put Your Mindset at Work, James Reed dan Paul G. Stoltz Pentingnya mindset digambarkan oleh James Reed dan Paul G. Stoltz seperti ini ā€œPola pikir itu bukan sekedar mengalahkan keahlian, tapi mengalahkan dengan kekuatan bak tanah longsor.ā€ Maksud mereka, mindset jauh lebih penting dan mendasar dibanding keahlian—begitu mindset berubah, banyak hal akan berubah. Dua psikolog tersebut menyusun 20 kualitas pola pikir terpenting yang menjadi pilihan para manajer. Enam kualitas teratas ialah bersikap jujur dan dapat dipercaya masing-masing 100%, berkomitmen dan mampu beradaptasi 99,77%, serta bertanggung jawab dan fleksibel 98,60%. Reed dan Stoltz menyebutkan, pola pikir Global, Good, Grit 3G merupakan saripati seluruh kualitas mindset yang dikehendaki oleh pemberi kerja. Global terkait keterbukaan dalam menerima pengalaman dan ide baru, serta kemampuan membuat koneksi dan menciptakan kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada. Good berkenaan dengan bagaimana kita melihat dan memperlakukan dunia dengan cara yang menguntungkan orang-orang di sekeliling kita. Grit berarti keteguhan dalam mengupayakan sesuatu. Karya Reed dan Stoltz ini relatif lebih praktis dan bermanfaat untuk diterapkan di dunia kerja. Berpikir Besar, Bertindak Kecil, Jason Jennings Buku ini dirancang oleh Jennings terutama untuk para pebisnis. Resep berpikir besar, bertindak kecil’ menjadi daya dorong pertumbuhan bisnis secara konsisten dan menguntungkan. Jennings menemukan resep itu dari studinya atas perusahaan-perusahaan yang berhasil mencetak pertumbuhan 10% setiap tahun secara terus-menerus. Jennings memadukan dua unsur penting, yakni berpikir dan bertindak, yang satu besar dan yang satu lagi kecil. Jadi terkesan kontradiktif. Namun Jennings menunjukkan bagaimana dua hal yang terkesan berlawanan itu menimbulkan dampak perubahan yang besar, dalam konteks berpikir besar dan bertindak kecil. Ia membagi perpaduan pikiran dan tindakan ke dalam empat kategori. Pertama, berpikir kecil, bertindak kecil. Perusahaan seperti ini memiliki ambisi tunggal mencukupkan nafkah bagi pemiliknya. Mereka pelit untuk berinvestasi. Kedua, berpikir kecil, bertindak besar. Karena jarang punya gagasan orisinal, perusahaan jenis ini berpuas diri dengan melebih-lebihkan prestasi masa lampau. Mereka bertindak seolah-olah perusahaan besar. Ketiga, berpikir besar, bertindak besar. Dipersenjatai dengan gagasan besar yang lezat, mereka mulai dengan rekam jejak yang menjanjikan kantor mewah, gaji besar, dsb. Kemudian, terjadi sesuatu yang mengirim mereka ke sisi gelap. Keempat, berpikir besar, bertindak kecil. Pemikiran besar mereka didasarkan pada ide-ide besar yang otentik, murni untuk memecahkan masalah pelanggan, membuat sesuatu jadi lebih baik, atau menciptakan nilai. Termasuk di dalam kategori terakhir inilah, menurut Jennings, orang-orang dan perusahaan-perusahaan yang berbuat benar. Keberhasilan mereka dihubungkan oleh garis merah yang sama berpikir besar, bertindak kecil. Buku ini inspiratif, bukan hanya bagi perusahaan, tapi juga bagi individu manusia. Kekuatan Berpikir Negatif, Bob Knight Knight memulai bukunya dengan pengantar yang menggugat kesadaran kita akan optimisme, yang menurutnya, agak berlebihan. ā€œPemikir positif pada umumnya merasa bahwa jalannya akan benar dan tidak bakal salah apabila ia meyakininya,ā€ tulis Knight. ā€œPemikir negatif tidak meyakininya.ā€ Knight banyak memberi contoh dari pengalamannya sebagai pelatih tim bola basket. Dengan berpikir negatif, ia bersikap waspada dalam menyongsong setiap pertandingan. Salah satu nasihatnya kepada para pemain ialah mengabaikan atau gagal melihat potensi kesalahan akan mendatangkan kegagalan. Sudut pandang negatif ini sebenarnya sudah diajarkan di masa Yunani kuno. Menurut sebagian filsuf masa itu, kadang-kadang cara terbaik untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti ialah fokus bukan pada skenario terbaik, tetapi pada skenario terburuk. Dengan mengambil kearifan dari kepelatihannya, Knight memiliki dua kata favorit dalam Bahasa Inggris yang berulang kali ia ucapkan, yakni No’ dan Don’t’. ā€œKata no dan don’t merupakan bagian penting dari kekuatan berpikir negatif,ā€ tulisnya. Frasanya memang negatif, kata Knight, tapi bila dipakai dengan tepat kata-kata itu bisa mendatangkan hasil yang sangat positif. Dalam hemat saya, Knight telah menawarkan cara berpikir yang berbeda untuk sampai pada tujuan yang sama kesuksesan. Blink, The Power of Thinking without Thinking, Malcolm Gladwell Keunikan cara pandang Malcolm Gladwell bukan hanya berhenti pada The Tipping Point 2000. Dalam buku pertamanya ini, Gladwll menjelaskan bahwa tindakan-tindakan kecil dapat meletupkan epidemi sosial’—istilah yang ia beri konotasi positif. Dalam Blink, yang terbit lima tahun kemudian, Gladwell menawarkan kehebatan intuitive thinking. Sebenarnya, menurut Gladwell, intuitive thinking bukan pikiran yang datang entah dari mana, melainkan pikiran yang muncul dari alam-bawah-sadar lantaran pengalaman yang tertimbun dalam otak. Kita memberi perhatian terlampau banyak pada tema-tema besar’ dan terlalu sedikit pada momen-momen selintas’ dan melupakan sama sekali kekuatan intuisi. Meski sukses, karya Gladwell ini tidak luput dari kritik. Blink dituding mendorong orang untuk malas berpikir. Kendati begitu, Blink telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 25 bahasa. ā€œDengan Blink, saya ingin agar orang-orang memanfaatkan kekuatan besar intuisi mereka dengan serius,ā€ kata penulis ini. Dan saya kira, Gladwell menawarkan sudut pandang berbeda yang layak dipertimbangkan. Itulah setidaknya lima judul buku yang menantang cara berpikir Anda. Saatnya untuk percaya bahwa faktor utama yang memengaruhi capaian seseorang bukanlah kemampuan yang sudah ia punyai, melainkan kemampuan-kemampuan baru yang terus tumbuh dan mengarah kepada suatu tujuan. Dan itu berpulang kepada cara berpikir. *** Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.
ThePower of MIndeset Assalamualaikum wr wb, Bismillahirrahmanirrahim, . Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya. Sholawat serta Salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah SAW yang telah memberi teladan dalam segala aspek kehidupan. .
Bisnis Kepobareng – Pola pikir manusia merupakan salah satu alat yang sangat kuat yang mempunyai kemampuan untuk membentuk realitas yang ada di sekitar kita. Mindset atau pola pikir yang kita miliki adalah kumpulan dari keyakinan, sikap, dan pemikiran yang kita pegang tentang diri kita sendiri, orang lain, serta dunia di sekitar kita. The Power of Mindset artinya kekuatan pola pikir. Mindset ini mempengaruhi cara kita melihat dunia dan juga cara kita merespon berbagai situasi yang ada. Kekuatan dari mindset terletak pada kemampuannya untuk membentuk pengalaman dan hasil yang kita dapatkan dalam hidup kita. Baca Juga Strategi Bisnis Batako Rahasia Strategi untuk Meningkatkan Keuntungan! Dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang psikolog bernama Carol Dweck, ia memperkenalkan dua jenis mindset yang berbeda, yaitu fixed mindset dan growth mindset. Fixed mindset atau pola pikir tetap adalah keyakinan bahwa kemampuan serta keterampilan seseorang sudah ditentukan oleh faktor-faktor seperti bakat atau kecerdasan bawaan, dan bahwa mereka tidak dapat berubah. Sedangkan growth mindset atau pola pikir berkembang adalah keyakinan bahwa kemampuan serta keterampilan seseorang dapat berkembang dan ditingkatkan melalui upaya dan latihan yang tepat. Memiliki mindset yang tepat dapat membawa kita pada kesuksesan dan kebahagiaan yang lebih besar dalam hidup kita. Dengan memperkuat pola pikir positif, kita dapat membentuk keyakinan yang kuat dan mengatasi rintangan dengan lebih mudah. Sebaliknya, jika kita memiliki mindset yang negatif, maka kita akan merasa terhambat dan kehilangan motivasi untuk mencapai tujuan kita. Baca Juga Pondasi Bisnis Berkah Langkah-Langkah Praktis untuk Sukses Apa Arti dari Mindset dan Contohnya? Contoh dari kekuatan mindset terdapat pada dunia pekerjaan. Orang dengan growth mindset cenderung melihat kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang. Sementara orang dengan fixed mindset cenderung menganggap kesalahan sebagai tanda kegagalan dan merasa terancam. Orang dengan growth mindset juga cenderung mencari masukan dan saran dari orang lain, serta mereka lebih siap untuk mencoba hal-hal baru dan mengambil risiko yang sehat. Agar kita dapat memperkuat mindset kita, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan. Salah satunya adalah dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif. Kemudian belajar dari kesalahan serta mencoba hal-hal baru, serta mengakui serta memanfaatkan kekuatan yang kita miliki. Selain itu, kita juga dapat memperkuat mindset kita dengan membaca buku motivasi, mendengarkan podcast inspiratif, atau bergabung dengan kelompok diskusi dan dukungan. Apa Fungsi Mindset? Mindset bisa menjadi penentu seseorang bisa atau tidak dalam menghadapi situasi apa pun. Pola pikir ini yang nantinya akan memengaruhi cara berpikir dan berperilaku dalam situasi apa pun. Sebagian orang masih terjebak dengan pemikiran bahwa kecerdasan atau bakat adalah sesuatu yang di miliki sejak lahir. Baca Juga Inilah Perbedaan Growth Mindset dan Fixed Mindset Kalian Wajib Tau! Akhir Kata Demikianlah artikel mengenai The Power of Mindset artinya. Dalam rangka mencapai kesuksesan dan kebahagiaan, sangat penting bagi kita untuk memiliki mindset yang tepat. Dengan memperkuat pola pikir positif serta mengatasi rintangan dengan lebih mudah. Maka kita dapat mencapai tujuan hidup kita serta meraih kebahagiaan yang lebih besar. Navigasi pos
THEPOWER OF MINDSET Senin,08 Maret 2021. BACAAN ALKITAB HARI INI Filipi 4:6-8. BACAAN NDC BIBLE STUDY Nahum 3. AYAT HAFALAN Ingat, hal ini harus menjadi mindset (pola pikir) yang artinya tidak hanya muncul saat keadaan sesuai harapan saja, justru mindset yang positif akan bekerja lebih efektif ketika keadaan tak sesuai harapan, sebab "Jika
Great learning experiences have the power to change how we think about ourselves, our relationships with others, and our role in the world. At Opportunity Education, we strive to create experiences that promote student agency and active, skills-forward learning. Often this requires both students and teachers to shift mindsets, or self-perceptions. One’s mindset about their role in learning can profoundly affect learning, skill development, relationships, achievement in school, and success in other areas of life Dweck, 2008. There are two kinds of mindsets we focus on growth mindset and outward mindset. A person with a growth mindset believes that they are always capable of learning and improving, and that intelligence is not static. Unlike someone with a fixed mindset, they see effort as the key to their success and work hard to improve and learn Dweck, 2008. A person with a growth mindset does not get discouraged when they receive feedback, nor do they take feedback personally. For them, challenges are opportunities. Practicing an outward mindset can be powerful too Arbinger Institute, 2016. Someone with an outward mindset frequently asks about other people in their lives Why is this person responding this way? What do they need to be successful? What can I do to help them be successful? This is in direct opposition to thinking inwardly about one’s own needs and problems. Having an outward mindset is helpful when working with others, empathizing, responding to group needs, and leading effectively. Having an outward mindset is not about being nice or dropping everything to help others; it involves thinking about other people and their needs, even if you are not in a position to help. This perspective will help you improve your own attitude and the ways in which you collaborate to achieve shared goals. These mindsets might remind you of Opportunity Education’s skills and habits, and that is not by coincidence. The Learning Skills and Essential Habits incorporate these mindsets. For example, Learn from Setbacks relates to growth mindset—believing you can improve and taking actions to do so, tackling setbacks or challenges head on, and receiving feedback well. Communicate Openly, Take a Position, and Collaborate require an outward mindset—understanding other people’s perspectives and circumstances, empathizing, and helping others. As role models, you can help young people develop these mindsets. An important first step is talking to students and children about these mindsets, and making them aware of their own thinking. Here are a few strategies for developing an outward mindset Ask others what they need and how you can help them. When frustrated with some else’s actions, ask yourself why they might be acting that way. Be present and listen to others. Focus on what you can give, rather than what you can get, from a person or situation. Here are some ways to model a growth mindset Share your own personal learning goals, as well as what you are working on, in order to improve. Also help others identify challenging, yet realistic, goals and the strategies for reaching those goals. Be transparent about mistakes and setbacks. Identify what actions you took to address the situations. Verbalize positive thinking. Instead of saying, ā€œI’m not good at this,ā€ say something like, ā€œThis is really hard for me. I need to keep working on it.ā€ Repeat these thoughts out loud to model positive self-talk. Recognize and celebrate effort and hard work, not just success. Try new things! Show others you are not afraid of challenges and uncertainties, and that you see them as opportunities to learn. Dweck, Carol S. 2008 Mindset The New Psychology of Success New York Ballantine Books. The Arbinger Institute 2016. Outward Mindset Seeing Beyond Ourselves. Oakland Berrett-Koehler Publishers.
ThePower of Mindset. October 15, 2018. One way that we focus on transformative learning is by supporting students in developing new mindsets, or self-perceptions. Mindsets can profoundly affect learning, skill development, relationships, achievement in school, and success in other areas of life (Dweck, 2008).
MediaEdukasi dan Praktek Kewirausahaan (Blog 463) Laman. Beranda; Proyek 1.0; Proyek 2.0; Proyek 3.0; Pebisnis; Top Startup
aNPctva.
  • kxmo9urbk9.pages.dev/580
  • kxmo9urbk9.pages.dev/326
  • kxmo9urbk9.pages.dev/614
  • kxmo9urbk9.pages.dev/272
  • kxmo9urbk9.pages.dev/379
  • kxmo9urbk9.pages.dev/592
  • kxmo9urbk9.pages.dev/822
  • kxmo9urbk9.pages.dev/887
  • kxmo9urbk9.pages.dev/14
  • kxmo9urbk9.pages.dev/349
  • kxmo9urbk9.pages.dev/603
  • kxmo9urbk9.pages.dev/405
  • kxmo9urbk9.pages.dev/171
  • kxmo9urbk9.pages.dev/823
  • kxmo9urbk9.pages.dev/409
  • the power of mindset artinya